Buka Short Course, Dirjen Pendis Ingatkan Dosen untuk Adaptif terhadap Perkembangan Zaman
Selasa, 3 Oktober 2023 | 17:30 WIB
Dirjen Pendis Kemenag M Ali Ramdhani saat membuka Short Course Peningkatan Mutu Dosen di Grand Mercure Bandung, (1-3/10/2023). (Foto: FITK UIN Sunan Gunung Jati Bandung)
Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Ali Ramdhani membuka secara resmi Short Course Peningkatan Mutu Dosen di Grand Mercure Bandung, (1-3/10/2023). Kegiatan ini diikuti sebanyak 160 dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Pendis menyampaikan bahwa jika ingin terus relevan di masa depan, maka kita tidak boleh berhenti belajar. Apalagi bagi dosen, hal tersebut merupakan sesuatu yang dilarang.
“Orang terpelajar adalah pemilik masa lalu, sedangkan orang yang terus belajar (pembelajar), ia adalah pemilik masa depan. Oleh karena itu, para pengelola dan pelaku pendidikan harus terus melakukan adaptasi terhadap perkembangan zaman, yang saat ini berbasis pada perkembangan Teknologi Informasi,” tegasnya.
Dalam pemaparannya, Kang Dhani, sapaan akrabnya, menjelaskan teknologi merupakan unsur yang memberikan pengaruh besar dalam perkembangan peradaban manusia, termasuk memberikan pengaruh signifikan dalam bidang pendidikan.
Salah satu teknologi yang menjadi perhatian dan mengalami perkembangan yang pesat pada saat ini adalah Kecerdasan Buatan atau AI. Secara umum, AI merujuk pada aplikasi komputer yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya.
"Implementasi AI pada saat ini, memiliki peran signifikansi dan substantif dalam memudahkan berbagai aktivitas kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan," tegasnya.
"Tema perkembangan AI menjadi salah satu fokus bahasan pada kegiatan yang pada malam ini saya hadiri, yakni Short Course Peningkatan Mutu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang pesertanya terdiri dari pimpinan fakultas dan tenaga pendidik atau dosen," tandasnya.
Selain itu, ia juga sekaligus mendemostrasikan di depan peserta short course beberapa aplikasi pembelajaran berbasis AI yang sudah umum digunakan seperti meeting.ai, duolingo, ChatGPT, Bard, Canvas, ELSA, QuillBor, Microsoft Designer, gramarly, beautiful.ai, dan Google.
"Saya berharap, para pendidik memahami berbagai perkembangan dan pemanfaatan AI pada bidang pendidikan, termasuk antisipasi dampak buruk atas implementasi AI dalam bidang pendidikan," paparnya.
Kang Dhani menyadari, bahwa ikhtiar untuk memahami AI ini penting dilakukan secara maksimal, agar pendidikan kita mampu menyiapkan peserta didik yang berada pada poros kemajuan, tanpa mengabaikan aspek pembentukan keterampilan, terutama akhlak karimah.
“Kehadiran berbagai teknologi informasi, tentunya dapat dimanfaatkan untuk melakukan akselerasi pendidikan. Serbuan berbagai aplikasi berbasis Artificial Intellegence, tidak harus dihindari, namun harus dikenali, diakrabi, dan bahkan jika memungkinkan menjadi para dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung jadi expert pada satu atau dua aplikasi tersebut," ujarnya.
Karenanya, lanjut Kang Dhani, para dosen dan tenaga kependidikan harus terus meningkatkan kompetensinya dalam aspek literasi digital, agar mampu memaksimalkan kebermanfaatannya dan meminimalisir dampak negatifnya.
"Jadilah orang-orang yang terus mau belajar, karena pada dasarnya dalam Islam belajar itu tidak mengenal batas ruang dan waktu, long life education". Dosen seyogyanya menjadikan dirinya sebagai role model agar semangat dan etos belajar dan berkarya dapat dijadikan tauladan bagi peserta didiknya,” pungkas guru besar kampus tersebut itu.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Rosihon Anwar menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dirjen Pendis yang bersedia hadir dalam peningkatan mutu dosen.
"Saya atas nama pribadi dan lembaga mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan arahan Pak Dirjen, Sesdirjen, Direktur Diktis. Alhamdulillah UIN Bandung meraih beberapa penghargaan. Semenjak saya di lantik 11 Agustus 2023, telah ada beberapa penghargaan, salah satunya akreditasi PAI Unggul, Jurnal Khazanah Hukum terindeks Scopus, dll. Mudah-mudahan dengan adanya short course ini diharapkan dapat ikut andil dalam peningkatan mutu dosen," paparnya.
Lebih lanjut Rektor menyampaikan, bahwa salah satu program prioritas UIN Bandung memang peningkatan kapasitas SDM. Tentu saja dalam rangka menghadapi sergapan teknologi yang terus memperlihatkan taringnya.
"Amanat dari Pak Dirjen, UIN Bandung harus terus belajar dan berinovasi jika ingin merengkuh masa depan. Pak Direktur Diktis juga memberikan pencerahan terkait penguatan moderasi beragama di UIN Bandung. Ini juga merupakan program prioritas UIN Bandung," jelasnya.
Dekan FTK Fakry Hamdani juga menambahkan, bahwa kegiatan peningkatan kompetensi bagi dosen ini sangat urgen, terutama bagi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang notabene adalah fakultas besar dan memiliki reputasi bagus. Penyelenggaraan short course ini sebagai ikhtiar untuk refreshment, up grade, dan up skill bagi dosen-dosen.
"Acara short course ini merupakan refleksi dari analisis kebutuhan di FTK untuk mengimbangi arah pendidikan saat ini. Harapannya, individu dosen kita selalu dapat merespon semua perubahan dengan konsep adapt, adopt, develop, commit, atau yang disingkat dengan AADC," paparnya.
Selain Dirjen Pendis, dalam kegiatan ini Direktur Diktis Ahmad Zainul Hamdi juga memaparkan terkait materi Penguatan Moderasi Beragama bagi seluruh dosen FTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Seluruh Kasubdit di lingkungan Direktorat Diktis juga menyampaikan materi pada hari kedua terkait dengan kebijakan penguatan kapasitas dosen, mulai dari Kasubdit Ketenagaan Ruchman Bashori, Kasubdit Pengembangan Akademik Abdullah Faqih, Kasubdit Kelembagaan Thobib Al-Asyhar, dan Kasubdit Penelitian dan Abdimas Muhamamd Aziz Hakim. Selain itu, hadir juga para praktisi pendidikan dan TIK yang hadir memberikan materi, diantaranya Gumawang Jati selaku Presiden iTELL, dan Emi Emilia selaku ahli pendidikan.