Pertemuan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan jajaran PBNU di Four Season Hotel, Jakarta Selasa (5/9/2023) malam (Foto: Instagram Nahdlatul Ulama)
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato Seri Anwar Ibrahim. Dalam perjumpaan tersebut, Anwar mengungkapkan kenangan sosok Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga Ketua Umum PBNU 1984-1999.
Anwar mengungkapkan bahwa sepak terjangnya di dunia politik membawa ia dan Gus Dur menjalin persahabatan erat. “Saya singgung pengalaman panjang saya bersama Almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Presiden Indonesia serta pemimpin NU yang saya anggap sebagai sahabat yang setia dari waktu saya hadapi kesukaran dalam perjuangan politik saya," dikutip dari akun media sosial Instagram @anwaribrahim_my, Kamis (7/9/2023).
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya hadir didampingi oleh jajaran PBNU meliputi Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni, Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla, Ketua PBNU Ahmad Suaedy, dan Wakil Ketua Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI) PBNU Safira Machrusah.
Dalam pertemuan yang diadakan di Four Season Hotel, Jakarta Selasa (5/9/2023) malam itu, kedua pihak membahas mengenai urgensi dari penguasaan dan pemeliharaan ilmu turats. Anwar juga menyampaikan apresiasi kepada PBNU yang telah bersedia untuk saling bertukar pandangan.
“Dalam pertemuan ini, kami telah menyentuh kepentingan menguasai dan memelihara ilmu turath serta keupayaan membaca situasi semasa,” ujar Anwar.
“Saya juga zahirkan penghargaan kepada kepimpinan NU yang sudi hadir untuk bertemu dan bertukar pandangan. Semoga perbincangan seperti ini akan dapat dilakukan lagi demi manfaat umat,” imbuh dia.
Sementara itu, Ketua PBNU Ahmad Suaedy mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut PM Anwar menyampaikan undangan kepada Gus Yahya untuk mengunjungi Malaysia guna membuka diskusi lanjut mengenai perkembangan Indonesia dan Malaysia.
“Ingin mengundang beliau ke Kuala Lumpur sekitar Oktober atau November. Beliau juga ingin berkunjung ke NU. Tadi terjadi diskusi bagaimana situasi Indonesia terutama tadi disinggung hasil Munas soal kafir, bahwa dalam NU sudah tidak ada kategori kafir dan mereka ingin sekali punya buku itu tentang argumennya untuk dikembangkan di sana,” ungkap Suaedy.