Dari Gus Mus hingga Gubernur Jatim Ngetwit Hari Sumpah Pemuda
Senin, 28 Oktober 2019 | 07:15 WIB
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus misalnya melalui akun @gusmusgusmu mengunggah twit yang berisi ingatannya kepada almarhum wal maghfurlah KH Maimoen Zubair atau Mbah Maimoen.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi. Memperingati Hari Sumpah Pemuda, teringat pula Almarhum walmaghfurlah KH Maimoen Zubair, Kiai Bangsa yang sangat mencintai Indonesia dan bangsa Indonesia. Lahu walimuja¬¬hidi Indonesia Al-Fatihah,” tulis Gus Mus.
Sementara Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bidang Hukum, HAM, dan Perundang-undangan, Robikin Emhas menganggap mulia pemuda yang 91 tahun lalu turut mengikrarkan sumpah pemuda.
“Engkau yg masih muda, dr jenis laki-laki dan perempuan, dr pelbagai daerah, dr beragam suku, 91 tahun lalu, melepaskan ego primordial. Bersatu dan mengaku: bertanah air satu, berbangsa satu dan menjunjung Bahasa persatuan Indonesia. Sungguh mulia dirimu. #SumpahPemuda2019,” tulis Robikin.
Twit juga datang dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Khofifah menegaskan agar selalu menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
“Beda boleh, pecah jangan. Persatuan dan kesatuan Indonesia tetap yang paling utama. Selamat Hari Sumpah Pemuda Tahun 2019,” tulis Khofifah.
Lebih lanjut, perempuan berusia 56 tahun itu mengingatkan tentang pentingnya memperkuat dan menjaga ikrar sumpah pemuda yang berisi tiga pernyataan.
“Sumpah Pemuda 1928 tak berhenti sebatas tiga pernyataan saja: kebangsaan, tanah air, dan Bahasa. Lebih dari itu, Sumpah Pemuda mengamanatkan kepada kita semua untuk terus memperkuat dan menjaga tiga pernyataan itu,” lanjutnya.
Dikutip dari Wikipedia, Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia".
Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan". Istilah Sumpah Pemuda sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.
Pewarta: Husni Sahal