Dari Kisah Kaum Nabi Luth, Prof Quraish Tegaskan Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini
Jumat, 31 Maret 2023 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kisah Kaum Nabi Luth yang dikenal sebagai pengikut homoseksual memberikan hikmah tersendiri tentang pentingnya pendidikan seks kepada anak sejak dini. Menurut, Cendekiawan Muslim Indonesia, Prof Muhammad Quraish Shihab, hal tersebut dapat menghindarkan diri dari hal-hal terkait seksualitas yang tidak diinginkan.
“Agama sendiri telah memberikan tuntunan bahwa jangan membiarkan anak laki-laki tidur bersama anak perempuan walaupun di rumah sendiri. Selain itu juga perlu memperhatikan pergaulan anak-anak karena tidak jarang dari pergaulan walau pun dari orang dewasa bisa saja menjerumuskan,” terangnya dalam acara Shihab dan Shihab, Kamis (30/3/2023).
Menurut Prof Quraish, penting untuk mengakui bahwa ada akibat dari penyelewengan kesalahan orang tua tapi ada juga yang lahir abnormal. Yang lahir abnormal bisa saja diobati, sedangkan anak yang lahir dengan kesalahan mendidik dan pergaulan penting untuk berhati-hati. Jangan sampai hal yang tidak diinginkan terjadi, dengan cara melakukan pendidikan seks sejak dini. Oleh karena itu perlu menanamkan fitrah manusia kepada anak.
“Nabi Luth mengingatkan kepada kaumnya tentang fitrah kesucian. Bahwa agama yang dibawanya memperbolehkan seks dengan lawan jenis, namun kaumnya enggan. Bahkan Nabi Luth menawarkan ada anak-anak perempuan yang siap untuk dinikahi jika mereka menginginkannya,” tuturnya.
Prof Quraish menambahkan, justru mereka (kaumnya) menjawab bahwa Nabi Luth pura-pura suci. Perilaku seperti itu sering terjadi saat ini dengan menilai orang lain pura-pura atau sok suci.
“Al Qur’an sendiri mengecam hal tersebut, jangan menuduh orang yang mengajak untuk kebaikan dengan cara mengatai dan menuduh pura-pura suci, karena itu adalah tuntunan agama,” ujarnya.
Pengarang Tafsir Al Misbah itu menjelaskan bahwa kaum Nabi Luth melakukan sesuatu di luar fitrah kemanusiaan yang normal, sehingga Tuhan menjatuhkan siksa dengan membinasakannya. Termasuk istrinya Nabi Luth yang juga ikut binasa karena mendukung kaum tersebut dengan sembunyi-sembunyi.
“Walaupun tidak terlibat dengan jelas tapi ia ikut mendukung, maka dianggap setuju dengan perbuatan yang mereka lakukan,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad