Dosen UI Ungkap Metode Perekrutan dan Berbagai Aksi Teror NII
Jumat, 29 April 2022 | 20:00 WIB
Jakarta, NU Online
Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Sapto Priyanto, mengungkap berbagai metode perekrutan dan aksi teror yang dilakukan Negara Islam Indonesia (NII) di berbagai daerah.
Sapto mengatakan, di Medan seorang tokoh bernama Gaos Taufik pernah merekrut para aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) seperti Timsar Zubil dan kawan-kawannya. Timsar kemudian divonis mati karena aksi-aksi teror berupa peledakan Bioskop Ria dan Bar Apollo di kota itu.
Lalu, kata Sapto, di Bandung NII merekrut para tokoh Gerakan Pemuda Islam (GPI) seperti Aja Jarul dan Edi Raidin. Mereka juga merekrut anggota Pemuda Muhammadiyah seperti Mursalin Dahlan, Udin Wahyudin, dan Hari Riyadi.
Sementara di Jawa Tengah, lanjut Sapto, seorang pejuang pertama DI/TII bersama Kartosuwiryo yakni H Ismail Pranoto merekrut seorang mantan pengurus Partai Masyumi di Kudus yaitu H Faleh. Ismail juga merekrut Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir yang merupakan Pengasuh Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo.
“Seiring waktu, berbagai perekrutan lainnya dilakukan di berbagai daerah,” ungkap Sapto dalam Diskusi Buku Mengenali dan Menghadapi Kelompok NII di Hotel 101 Urban Thamrin Jakarta Pusat, pada Kamis (28/4/2022).
Ia mengungkapkan pula bahwa perekrutan massa NII dilakukan melalui Badan Pembangunan Muslimin Indonesia (BPMI). Lalu, Mursalin Dahlan melakukan program pesantren kilat yaitu kegiatan pelatihan agama dalam waktu singkat untuk menumbuhkan semangat berislam.
“Salah satu kadernya yang pindah ke Malang, berhasil merekrut Muhammad Achwan yang kelak menjadi orang penting di Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), sekarang Amir Jamaah Ansharut Syariah (JAS). Muhammad Achwan lantas ditunjuk sebagai ketua BPMI cabang Malang,” jelas Sapto.
Pada 1982, lanjut dia, Mursalin Dahlan melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh pesantren di Bandung, disepakati seluruh jaringan BPMI serta pesantren kilat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Agenda ini diwadahi dalam Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Pesantren Kilat (LP3K).
Berbagai Aksi Teror
Aksi teror ini diawali dari pemberontakan DI/TII dengan melakukan perampokan, pembunuhan, dan pembakaran rumah. Puncaknya pada 1957 terjadi 2.477 pembunuhan, 755 penganiayaan/penculikan, 17.673 pembakaran, dan 102.984 penggarongan, serta jumlah pengungsi sebanyak 287.949 jiwa.
“Faksi NII terlibat aksi teror sejak 1975 di Jawa dan Sumatra dikenal sebagai Komando Jihad (Komji),” terang Sapto.
Di Sumatra Utara pada Juni 1976, NII menggarong di Batang Sereh, Belawan. Di antara aksi teror yang dilakukan adalah mengebom RS Immanuel, Gereja Methodis, Perguruan Budi Murni. Mereka juga meledakkan bom di tempat hiburan seperti Bioskop.
Aksi teror lainnya, mengebom Rumah Sakit Imanuel di Bukit Tinggi, Gereja Methodis, dan Perguruan Budi Murni, Medan. meledakkan tempat hiburan Bioskop Ria dan Bar Apollo di Medan.
Di Padang, NII meledakkan Masjid Nurul Iman dengan melempar granat saat gelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an. Setelah itu, mereka membuat selebaran gelap atas nama Angkatan Muda Kristen Indonesia yang bertujuan memancing kerusuhan dan konflik horizontal dengan mengungkit sentiment agama.
Baca Juga
NII, Kejahatan dan Makar Berkedok Agama
Seorang tokoh bernama Warman bersama anggota DI yang lain seperti Hasan Bauw, Abdullah Umar, dan Farid Ghazali melakukan pembunuhan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, pada 1979.
Lalu pada 1980, NII melakukan perampokan di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, di Kecamatan Banjarsari, Ciamis. Mereka berhasil meraup uang hampir Rp20 juta. Selanjutnya, pada 1981, 14 anggota Komando Jihad menyerang empat polisi di Bandung. Keempat orang anggota polisi dibantai hingga meninggal.
“Mereka juga melakukan pembajakan pesawat DC-9 Woyla milik Garuda pada 28 Maret 1981,” ungkap Sapto.
Kemudian, mereka pernah meledakkan bom jelang tengah malam di Kompleks Seminari Al-Kitab Asia, Gereja Kepasturan Katolik, Malang. Aksi teror ini mengakibatkan penangkapan terhadap Muhammad Achwan dan rekannya, Murjoko.
Lalu mereka merencanakan peledakan Candi Borobudur pada Januari 1985, pada malam hari. Ibrahim Jawad, Achmad Muladawillah, dan Abdulkadir Al-Habsyi masuk ke Candi Borobudur membawa 14 bom. Sebanyak 13 bom diletakkan di Candi Borobudur dan sembilan bom meledak. Bom-bom itu menghancurkan sembilan stupa beserta arca di dalamnya.
Aksi Teror di Bali
Sapto mengungkapkan bahwa kelompok NII menggunakan kata sandi ‘belajar bahasa Arab’ untuk melakukan pengeboman di Bali. Pulau Dewata menjadi sasaran target pengeboman karena dianggap sebagai tempat maksiat.
“Abdulkadir Al-Habsyi, Abdul Hakim, Hamzah alias Supriyono, dan Imam alias Gozali Hasan menuju Bali. Sebelum tiba di Bali, bom-bom rakitan yang mereka bawa meledak terlebih dulu. Ledakan terjadi saat Bus Pemudi Express jurusan Malang-Bali yang mereka tumpangi berada di Kampung Curah Puser, Desa Sumber Kencono, Banyuwangi,” ungkap Sapto.
Ledakan itu kemudian menewaskan tujuh penumpang termasuk Abdul Hakim, Hamzah alias Supriyono dan Imam alias Gozali Hasan. Abdul Kadir Al-Habsyi hanya cedera di telinga dan berhasil melarikan diri.
Pada April 1999, kelompok AMIN (Angkatan Mujahidin Islam Nusantara) yang di antara tokohnya adalah Arif Fadhillah alias Abu Dzar, meninggal di Sirisori pada 2000 dalam konflik Ambon. Anggotanya merupakan rekrutmen mantan preman Tanjungpriok dan Tanahabang, Jakarta.
“Mereka bertanggung jawab atas perampokan BCA dan peledakan yang hampir bersamaan di depan Hayam Wuruk Plaza. Pengeboman Masjid Istiqlal, Jakarta, yang terjadi empat hari setelah peristiwa perampokan dan peledakan itu. Kelompok AMIN terlibat dalam pembacokan terhadap Ketum PKB Matori Abdul Jalil pada 5 Maret 2000,” tutur Sapto.
Pada era 2000-an, beberapa aktivis NII berkolaborasi dengan JI melakukan serangkaian teror bom di Indonesia. Pada 28 Mei 2000, sebuah bom meledak di Gereja Kristen Protestan Indonesia, Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan. Aparat berhasil menjinakkan bom di gereja HKBP Jalan Imam Bonjol dan Gereja Kristus Raja Jalan MT Haryono, Medan.
Agustus 2000 terjadi penyerangan terhadap gereja GKII di Jalan Bunga Kenanga, Padang Bulan, Medan. Pada 24 Desember 2000, NII melancarkan aksi bom natal serentak di delapan kota di Tanah Air. Di Bandung, bom meledak saat dirakit. Peristiwa ini menewaskan Jabir sebagai komandan lapangan dan wakilnya, Akim Akimudin.
“Lalu Imam Samudra dan kawan-kawan berhasil merampok toko emas “Elita” di Serang, Banten, dalam rangka mendanai Bom Bali I. Bom Bali I Oktober 2002 (Arnasan) dan Bom Kedutaan Australia 2004 (Heri Golun), tokoh utama pertama ditangkap adalah Agus Ahmad Hidayat, meskipun otak pelaku pengeboman adalah Dr Azhari dan Noordin M Top,” pungkas Sapto.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori