Karawang, NU Online
Tim Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (Dreamsea) kembali melakukan penyelamatan manuskrip koleksi masyarakat Indonesia. Sejak 23-26 April 2021, ada 900 halaman manuskrip keramat di sejumlah wilayah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang didigitalisasi.
Manuskrip yang didigitalisasi dalam misi Dreamsea di Karawang berasal dari lima lokasi. Tiga koleksi merupakan peninggalan yang disimpan juru kunci dan dikeramatkan dari Makam Syekh Abidin Ciranggon, Makam Embah Rubiah Cikampek Pusaka, dan Kampung Gempol Bojong, sedangkan dua koleksi lainnya dari daerah Sukaluyu dan Wadas merupakan milik perseorangan.
Manuskrip yang disimpan oleh para juru kunci makam keramat itu masih diperlakukan secara khusus, dan pada waktu-waktu tertentu dilakukan ritual. Contohnya, di makam keramat Mbah Abidin Ciranggon, manuskrip tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali telah diizinkan oleh juru kuncinya. Pada Bulan Mulud (Rabiul Awal), dilakukan pembersihan barang pusaka dengan air kembang tujuh rupa.
Hal demikian juga berlaku di makam keramat Mbah Rubiah, Cikampek Pusaka. Pada malam 1 Suro (Muharram), dilakukan ritual pembersihan benda pusaka dengan air kembang, kemudian melakukan prosesi nuruban yaitu menutup seluruh benda pusaka dengan air putih. Benda pusaka yang ada di tempat ini antara lain berbagai senjata keris, gobang, dan sebagainya, juga beberapa manuskrip dalam kondisi rusak. Sayangnya, hanya dua bundel manuskrip saja yang terbilang masih cukup baik.
Peninggalan manuskrip tersebut berisi disiplin ilmu teologi, ilmu shalat, dan fiqih. Hal ini menunjukkan bahwa Mbah Rubiah merupakan salah satu sosok penyebar Islam di daerah Karawang, sebagaimana pengakuan juru kuncinya.
Di Kampung Gempol Bojong pun seperti itu, manuskrip disimpan oleh Eyang Endun yang merupakan Juru kunci makam Embah Sariban. Setiap tanggal 13-14 Mulud (Rabiul Awal), dilakukan ritual dan pencucian pusaka.
Team Leader misi digitalisasi Karawang Faiq Ihsan Anshori menyatakan bahwa dari tempat-tempat tersebut diperoleh sebanyak delapan bundel manuskrip kuno, antara lain manuskrip berbahan lontar, daluang, bambu, kayu, dan kertas Eropa. Isinya beragam, mulai dari suluk, babad, mantra, dan ajaran keislaman. Aksara yang digunakan dalam manuskrip juga beragam, yaitu Arab, Pegon, dan aksara Jawa dengan bahasa Arab, Sunda, dan Jawa.
Salah satu pemilik manuskrip, Ade Hasan, menaruh harapan besar atas terselenggaranya kegiatan digitalisasi manuskrip yang dilakukan oleh Dreamsea. “Saya merasa terhubung dengan masa lalu nenek moyang saya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pelestarian Nilai Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang Neni Martini mengapresiasi misi digitalisasi yang dilaksanakan Dreamsea. Neni berharap melalui penyelamatan ini masyarakat akan semakin mengetahui sejarah daerahnya masing-masing.
“Saya sangat berharap bahwa manuskrip-manuskrip yang ada di Karawang bisa dikaji dan dapat diketahui isinya oleh masyarakat luas," harapnya.
Laju Cepat Kehancuran Manuskrip
Tantangan dari misi ini adalah kondisi manuskrip yang sudah mulai hancur dan menempel akibat minimnya perawatan yang layak. Peneliti Dreamsea, Ilham Nurwansah, menyebutkan bahwa laju kerusakan manuskrip di Karawang tergolong cepat, sehingga penyelamatannya penting dilakukan segera.
"Kerusakannya sangat nyata dan cepat terjadi. Saat survey 2019 lalu kondisinya masih cukup baik meski sedikit berlubang. Waktu itu kami belum bisa langsung menyelamatkannya akibat pandemi 2020. Dua tahun pasca survey baru bisa kami selamatkan, ternyata manuskripnya tinggal separuh, lapuk, lengket, dan dimakan serangga. Sangat menyedihkan," ujar pegiat aksara kuno Nusantara ini.
Untuk mengantisipasi kerusakan berlanjut, selain mendigitalkan, Dreamsea juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tata cara melakukan perawatan dasar terhadap manuskrip. “Selain dilestarikan isinya dengan cara didigitalkan, kami juga berharap masyarakat bisa merawat koleksinya secara mandiri,” ujar Ilham.
Principal Investigator Dreamsea, Oman Fathurahman, menegaskan, misi di Karawang ini merupakan bagian dari program pelestarian manuskrip Asia Tenggara yang dilakukan oleh Dreamsea atas kerjasama Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Centre for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) Universitas Hamburg.
“Kita sangat terbantu dengan adanya dukungan Program ini dari Arcadia Foundation, lembaga amal yang didirikan oleh Lisbet Rausing dan Peter Baldwin di Inggris dengan misi utama untuk melestarikan warisan budaya, pelestarian lingkungan, dan mempromosikan akses terbuka (open access) di seluruh dunia”, pungkas Oman, yang juga Pengampu Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara (Ngariksa) di media sosial ini.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad