Rembang, NU Online
Salah satu sikap yang dapat diambil contoh dari KH maimoen Zubair adalah tidak membeda-bedakan sesama umat manusia. Karena teman Mbah Moen bukan hanya se-NU, bukan hanya se-Partai, bukan hanya se-Muslim, tetapi juga se-manusia.
"Mbah Moen itu bukan hanya di lingkungan NU, lingkungan partai, lingkungan muslim saja, akan tetapi lebih dari itu, semua umat manusia dirangkul dan tidak membeda-bedakan," ucapnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibien Leteh Rembang KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) dalam acara Mengenang Kiai Bangsa, peringatan 40 Hari KH Maimoen Zubair dan peluncuran Buku Antologi Puisi Bersama Selasa di Pekuburan Ma'la, di Rembang, Kamis (12/9) malam.
Dalam kesempatan KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) membeberkan cuplikan sosok ulama milik bangsa itu, bangsa Indonesia saat ini sedang berduka, karena belum ada 40 hari sudah ada 2 ulama yang wafat.
Ulama dimaksud adalah Mbah Moen, dan Presiden ke–3 RI BJ Habibie yang disebut Gus Mus BJ Habibie Al-Ulama.
Belum sampai 40 hari sudah ada dua orang alim yang wafat, yang pertama KH Maimoen Zubair telah wafat lagi seorang alim Presiden Republik Indonesia ke-3 Bapak BJ Habibie.
"Saya dan santri menyambut para penyair yang memprakarsai kegiatan ini. ada penyair dari Kalimantan, Sumatra, Jawa barat, Bali, dan para penyair nasional datang semua kalih ini,” kata Gus Mus.
Lebih lanjut ia sampaikan, banyak masyarakat di berbagai daerah, di berbagai pondok pesantren, dan di berbagai provinsi menggelar doa bersama bertepatan hari ke-40 mangkatnya ulama karismatik yang dimiliki Kabupaten Rembang itu.
"Sekarang orang pada menangisi kehilangan KH Maimoen. Di mana-mana ada yang shalawatan, ada yang tahlilan di mana mana. Di sini ada yang menyampaikan ungkapan kehilangan melalui syair. Kalau semua sudah habis diambil semuanya semuanya pada bingung, maka orang bodoh akan dimintai fatwa. Maka cirinya orang bodoh adalah suka mengeluarkan fatwa,” tambah Gus Mus.
Baginya, Mbah Moen ilmunya bukan hanya dari ucapan, perbuatan ataupun prilakunya saja. Tetapi, pada diri Mbah Moen merupakan segalanya.
“KH Maimoen Zubar itu ilmunya tidak hanya pada ucapannya, tidak hanya pada perbuatannya, tetapi pada dirinya. Maka tidak heran kalau seluruh Indonesia yang santri atau tidak, yang nasionalis yang biasa pasti akan diterima oleh Mbah Moen,” bebernya.
Buku yang diluncurkan bersamaan peringatan 40 hari Mbah Moen mengkisahkan tentang Mbah Moen, merupakan karya para penyair nusantara. Acara tersebut juga dihadiri oleh ribuan santri dan penyair dari penjuru Indonesia.
Dalam kesempatan itu, juga hadir Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) KH Lukman Hakim Saifudin, putra Mbah Moen Gus Ghofur, dan para tokoh dari sejumlah pesantren yang ada di Jawa.
Kontributor: Ahmad Asmui
Editor: Abdul Muiz