Gusdurian Gelar Simposium di Festival Beda Setara, Bahas Kondisi Kebebasan Beragama di Indonesia
Senin, 4 November 2024 | 20:00 WIB
Poster Simposium Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dalam rangkaian Festival Beda Setara (BEST) yang digelar Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan UIN Sunan Kalijaga. (Foto: dok. Gusdurian)
Jakarta, NU Online
Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta akan menggelar Festival Beda Setara (Festival BEST) yang akan berlangsung pada 10-16 November 2024.
Berbagai rangkaian kegiatan Festival BEST disiapkan. Di antaranya forum belajar, pameran keberagaman, panggung budaya, bioskop rakyat, pasar UMKM, simposium, fun walk, hingga Haul Ke-15 Gus Dur.
Salah satu agenda inti di dalam rangkaian festival ini adalah Simposium Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) yang akan diadakan pada 14-15 November 2024.
Penanggung jawab Festival BEST Jay Akhmad menyebut bahwa simposium ini akan menjadi ruang untuk belajar dan memperoleh perspektif baru tentang KBB.
“Kami menghadirkan lima belas pemateri dari berbagai latar belakang yang akan memaparkan kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia, baik di level akar rumput, jejaring, hingga kebijakan,” jelas Jay Akhmad, melalui rilis yang diterima NU Online, Senin (4/11/2024).
Para pemateri yang dihadirkan berasal dari berbagai latar belakang, antara lain Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag RI Ahmad Zainul Hamdi, Anggota DPR RI MY Esti Wijayati, Jurnalis Andreas Harsono, Pakar Hukum Asfinawati, dan ulama perempuan Iklillah Muzayyanah. Pada acara simposium, putri sulung Gus Dur Alissa Wahid juga akan menyampaikan orasi ilmiahnya.
Menurut Jay Akhmad, kondisi keberagaman di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Di satu sisi, praktik keberagaman sudah menunjukkan kemajuan yang positif.
Berbagai kegiatan yang diadakan oleh organisasi kemasyarakatan hingga program moderasi beragama yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI membawa dampak positif.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa peristiwa diskriminasi yang dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal itu terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh Gusdurian, Wahid Foundation, PPIM Jakarta, Setara Institute, dan lain sebagainya.
“Melalui simposium ini kami ingin membuka ruang bagi kita semua yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya untuk bertemu dan berdialog. Kami percaya bahwa dialog adalah kunci dari terciptanya kesetaraan dan keadilan bagi semua sebagaimana dicontohkan oleh Gus Dur,” ujarnya.
Semasa hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang bisa menjadi jembatan bagi seluruh golongan masyarakat. Semangat inilah yang dipegang oleh Jaringan Gusdurian melalui Festival BEST.
Selain mendapat berbagai materi terkait KBB dari para ahli, para peserta akan diajak dalam diskusi untuk merumuskan rekomendasi terkait kebijakan dan langkah-langkah terwujudnya kondisi yang adil dan setara untuk semua. Diskusi tersebut terbuka bagi siapa saja untuk bersuara dan menyampaikan gagasannya.
Pendaftaran Simposium KBB masih dibuka hingga 5 November 2024 melalui link s.id/undangansimposium.