Habib Syech Anjurkan Santunan Anak Yatim Sebaiknya Tertutup
Rabu, 18 Agustus 2021 | 07:30 WIB
Surakarta, NU Online
Mustasyar PWNU Jawa Tengah Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf atau yang lebih dikenal dengan Habib Syech meminta agar acara santunan kepada anak yatim dilakukan secara tertutup, tidak dengan terbuka. Hal ini perlu dilakukan guna menjaga hati dan mental mereka supaya tidak rendah diri dan malu.
"Acara anak yatim boleh kita adakan tapi secara tidak terbuka. (Jika) acaranya terbuka, silakan, (tapi) pembagian hadiah untuk si anak yatim itu diberikan simbolis saja, satu, yang lainnya nanti di kamar atau di rumah masing-masing, diantar, itu lebih mulia. Anak yatim jangan ‘dijualbelikan,’ walaupun yang sekarang saya yakin tidak ‘menjualbelikan,’ tidak," dalam tayangan Habib Syech: Menyantuni Anak Yatim Sebaiknya Tertutup di Youtube NU Online.
Seperti sekarang ini, katanya, di bulan Muharram banyak orang yang mengumpulkan anak yatim lalu memberikan hadiah berupa amplop. Sesuai anjuran Nabi, mereka memberi amplop sambil mengusap kepala sang anak.
"Betul memang, dikatakan: barangsiapa yang mengusap kepalanya si anak ini tadi, dia akan dapat ampunan sebanyak rambut si anak ini tadi, kan gitu. Itu maksudnya kasih sayang, bukan terus kepalanya anak sekian ratus diusap semua," katanya, menjelaskan.
Menurutnya, hal seperti itu membuat pusing dan itu memalukan. Apalagi jika dalam membantu mengumpulkan 100 anak anak yatim, misalnya, lalu dipamerkan di depan panggung. "Nanti anak yatim diisuruh membaca puisi, ’ayah….,’ ya nangis semua, tikus yang duduk di situ ikut nangis, bukan manusia saja. Lah ini kadang diperalat, dipakai, tapi tidak semua, ya. Saya tidak mengatakan. Kalau saya mengatakan, dengan adanya ini, mari saya imbau untuk tidak membuat acara seperti itu," ungkapnya.
Ia tidak mau kalau sampai anak yatim dipamer-pamerkan dan membuat mental mereka down dengan pemberian ini. Akhirnya anak yatim itu menunggu tahun berikutnya, Bulan Muharram tanggal 10 untuk mendapat pembagian lagi.
Menurut pelantun Ya Hanana ini, anak yatim mestinya dididik. Ia menyitir hadits Nabi. "Kata Rasulullah saw ana wakāfilul yatīm fil jannah hākadza, saya dan orang yang mengurusi anak yatim itu berdampingan, gandengan di surga nanti," ungkapnya.
Menurut Habib Syech, mengurus anak yatim bukan sebatas memberi pesangon tiap tahun kepada mereka. “Mengurusi ini bukan dengan memberi amplop saja, dididik mereka, diajar Qur’an, diajar ilmu, supaya nanti dia besar bisa bekerja, bisa membantu orang tuanya dan bisa hidup seperti orang-orang lain hidup, dan itu yang penting.
Pria kelahiran Surakarta, 20 September itu mengakui, terkadang ia enggan datang di acara santunan anak yatim. Ia menceritakan, pernah datang ke santunan yatim. Ketika datang ia bertanya, "Mana anak-anak?"
"Ini anak-anak yatimnya, ada 200,” jawab panitia.
"Masukkan kamar semua, biar mereka tidak malu," kata Habib Syech.
Menurutnya jika dibagikan satu-satu, masing-masing keluarga membawa amplop, lalu mengusap satu-persatu anak di panggung akan kurang elok.
Kontributor: Ahmad Naufa Kh. F.
Editor: Kendi Setiawan