Jakarta, NU Online
Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Nur Rofiah menyebut, mengasuh anak yatim dan tabah dengan segala ujiannya bisa menghapuskan dosa-dosa kecil. Hal itu berdasarkan riwayat hadits Rasulullah saw yang mengatakan siapa pun yang mengasuh anak yatim jaminannya adalah surga selagi tidak melakukan dosa besar.
“Untuk mendapat pahala besar itu tidak gratis, semua perlu kesabaran termasuk dalam mengasuh anak yatim,” kata Nur Rofiah dalam Halaqah Majelis Taklim bertema Anak Yatim dalam Bingkai Keluarga Maslahah, Rabu (11/8) malam.
Dia menyarankan, apabila dalam mengasuh anak yatim menemukan kesulitan, maka perlu melakukan pendekatan secara kontekstual. “Jika segala cara didikan tidak mampu untuk meluluhkan hati anak yatim, bisa meminta bantuan lembaga pesantren. Barangkali hal itu bisa membuat anak tersebut lebih menerima keadaan-sebab ia hidup bersama semua santri yang sedang tidak ada orang tuanya,” ujar dia.
Pengampu Kajian Gender Islam tersebut mengatakan, tanggung jawab dalam mendidik anak yatim bukan hanya pada keluarganya saja tapi juga kepada masyarakat karena kemaslahatan yang dicurahkan dalam Islam itu adalah kemasalahatan masyarakat.
Makna dekat dengan anak yatim yang dimaksud Rasulullah saw dalam hadits bukan hanya hubungan sedarah saja tapi juga kerabat atau orang-orang yang ada di sekelilingnya.
“Apalagi, anak yatim yang hidup di perantauan-sulit mengharapkan keluarga besarnya untuk bertanggung jawab mengurusnya. Jadi, dalam hal ini bisa menggunakan pendekatan kontekstual untuk mengasuhnya,” kata penulis buku Nalar Kritis Muslimah tersebut.
Poin pentingnya, kata perempuan kelahiran Pemalang, Jawa Tengah itu, anak yatim harus segera ada yang mengurus- jika tidak ada orang tuanya, bisa diurus kerabatnya atau orang-orang yang berada di dekatnya.
Ia berharap momentum bulan Muharram ini bisa memberi perhatian khusus kepada anak yatim agar kebutuhan anak yatim tidak diabaikan. Pihaknya juga mengusulkan agar perhatian Majelis Taklim saat mengidentifikasi dampak pandemi tidak hanya pada anak yatim saja tetapi juga anak-anak terlantar yang kehilangan penanggung jawabnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin