Nasional

Ingatkan para Pengungsi, dr Makky: Jangan Kebanyakan Makan Mi Instan

Selasa, 29 November 2022 | 15:00 WIB

Ingatkan para Pengungsi, dr Makky: Jangan Kebanyakan Makan Mi Instan

Relawan NU Peduli bagian dapur umum menyiapkan makanan siap santap bagi warga terdampak gempa bumi Cianjur. (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Cianjur, NU Online
Gangguan pencernaan menjadi salah satu hal yang mungkin muncul dan dialami para pengungsi terdampak gempa bumi Cianjur, Jawa Barat. Baru-baru ini misalnya muncul di media sosial adanya warga yang mengalami sembelit akibat diduga terlalu banyak mengkonsumsi mi instan.


Anggota Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) PBNU, dr Makky Zamzami mengatakan sembelit karena konsumsi mi instan bisa saja terjadi, meskipun tidak semua pengungsi mengalaminya. Ia pun mengingatkan konsumsi mi instan, bagi siapa pun bukan hanya pengungsi, jangan berlebihan.


“Makan mi intan itu maksimal seminggu sekali. Jangan kebanyakan,” kata Dokter Makky, Selasa (29/11/2022).


Menurut dia, jika bicara kesehatan pencernaan, seseorang dapat mengkonsumsumsi berbagai jenis makanan, asalkan seimbang. “Kita makan apa saja yang ada, tapi perlu dimasukkan juga (ke dalam tubuh dengan konsumsi) sayur dan buah yang cukup,” jelasnya.


Apabila dalam kondisi darurat seperti di pengungsian mengalami keterbatasan persediaan sayuran dan buah-buahan, dapat dengan meminum probiotik. “Ini (minuman probiotik) untuk membantu pencernaan kita. Jangan sampai terganggu imun kita karena masalah pencernaan,” imbuhnya.


Hal yang mendasar lainnya adalah kecukupan kadar air bagi tubuh. Di pengungsian, warga jangan sampai kekurangan air minum. Selain menyebabkan persoalan pencernaan, kurangnya air minum dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga lagi-lagi berdampak pada menurunnya imunitas.


Banyaknya bantuan berupa mi instan dari masyarakat untuk warga terdampak bencana alam diakui Ahmad Fauzi Direktur NU Care-LAZISNU Cilacap yang turut terlibat di Pos NU Peduli bersama relawan NU se-Jawa Tengah di Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.


Menurut dia, saat awal bencana terjadi, masyarakat mungkin menanggapi kebutuhan dasar yang diperlukan pengungsi adalah makanan pokok yang dapat digantikan atau diwakili dengan mi instan. Ia mengatakan respons masyarakat dengan mengirimkan bantuan mi instan, bukan hal yang salah dan tetap harus dihargai.


“Tap masyarakat sebenarnya dapat menyalurkan bantuan seperti buah-buahan,” ujar Fauzi, sapaan akrabnya.


Guna memenuhi kebutuhan sayuran bagi pengungsi, Fauzi memberikan arahan kepada timnya yang bertugas di dapur umum untuk melengkapi paket nasi kotak dengan sayuran, bukan hanya lauk, apalagi terus-menerus lauk-lauk kering.


“Tapi memang kami juga mengalami tantangan karena saat ini harga-harga seperti sayuran di Cianjur, menurut kami tergolong mahal dan langka. Harga telur misalnya hampir menyentuh satu juta rupiah untuk dua krat,” bebernya.


Selain itu, tim dapur umum juga pernah kehabisan pasokan sayuran saat membeli di pasar Cianjur. “Supaya tidak kehabisan, tim dapur umum harus pergi ke pasar jam tiga pagi,” ungkap Fauzi.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori