Nasional

Iqbal Sulam: NU Banyaan Perlu Dicontoh

Senin, 8 Oktober 2012 | 09:31 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU H. Iqbal Sulam mengapresiasi Ranting NU Desa Banyaan, Kecamatan Banyaan, Kabpaten Kediri, Jawa Timur. Ranting NU tersebut telah memprogramkan ziarah Wali Songo tiap tahun. Kegiatan tersebut menjadi program resmi Ranting NU selama dua puluh tahun turun-temurun.
<>
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan NU Banyaan ini. Itu perlu dicontoh ranting-ranting lain,” ujarnya selepas menyambut warga NU Banyaan di gedung PBNU, Jakarta, Ahad sore (7/10).

Ternyata, sambung Iqbal, ranting yang berada di pelosok seperti itu mampu membuat rutin selama bertahun-tahun. 

Lebih lanjut Iqbal menjelaskan kegiatan ziarah itu sangat penting,” Itu sangat penting karena bagian dari memberdayakan umat. Sebab, ziarah religi atau wisata rohani bisa membuat warga NU bisa melihat petilasan-petilasan kuno para auliya,” katanya.

Melalui kegiatan itu, ia berharap, para peziarah bisa meneladani sikap dan perjuangan para wali.

Seperti diketahui Ranting NU Banyaan telah menyelenggarakan program ziarah Wali Songo tiap tahun selama 20 tahun. Agenda tahun ini mereka tambah dengan mengunjungi masjid Iatiqlal di Jakarta dan kantor PBNU.

Di tempat terpisah, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Mas’udi menegaskan bahwa kekuatan NU berada di ranting. Ia mengatakan NU merupakan gerakan keumatan. Kekuatan NU dalam arti sesungguhnya tidak terletak di tingkat pengurus besar (PB) atau pengurus wilayah (PW), melainkan berada di ranting dan kelompok anak ranting (KAR).

“Kita harus mengubah cara pandang yang salah. Selama ini kita selalu menilai kekuatan NU berada di tingkat PB, PW hingga PC. Padahal kekuatan NU seungguhnya justru dari PC ke bawah, yakni mulai MWC, ranting hingga kelompok anak ranting,” papar Masdar kepada NU Online saat Munas-Konbes NU 2012 di pesantren Kempek, Cirebon.

Masdar mengatakan, struktur organisasi NU berbeda dengan negara. Pasalnya NU merupakan gerakan keumatan atau civil society, yang kekuatan dilihat secara langsung dalam kehidupan di tengah masyarakat. Karenanya, penggerak NU harus bersinggungan secara langsung dengan umat di bawah.

Pada Muktamar ke-32 di Makassar 2010, lanjut Masdar Farid Mas’udi, NU telah mendefenisi ulang tentang struktur organisasi dengan memasukkan masjid sebagai bagian  integral dari jenjang kepengurusan mulai level kelompok Anak Ranting, Ranting, Majelis Wakil Cabang hingga level teratas.
 
Penulis               : Abdullah Alawi


Terkait