Jalan Pengabdian Shorihatul Inayah Hidupkan Literasi, Guru Madrasah Penulis 154 Buku
Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:30 WIB
Tuban, NU Online
Di tengah kesibukannya mengajar mata pelajaran Kimia di MAN 1 Tuban, Shorihatul Inayah (47) tetap setia menapaki jalan literasi. Guru asal Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, ini dikenal bukan hanya sebagai pendidik berprestasi, tetapi juga penulis produktif. Hingga kini, ia telah menulis 154 buku, baik solo maupun kolaborasi, dan 88 di antaranya sudah terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Bagi Inayah, menulis bukan sekadar hobi, melainkan jalan pengabdian.
“Karena untuk jariyah. Kebetulan saya belum diberi rezeki anak, ya jariyahnya itu melalui tulisan. Dari yang membaca dan mensitasi,” ujarnya kepada NU Online, Kamis (23/10/2025).
Motivasi sederhana namun sarat makna itu menjadi sumber semangatnya dalam berkarya. Melalui tulisan, ia berharap dapat terus menebar manfaat dan menjaga keberlanjutan ilmu yang telah ia peroleh.
Inayah telah mengabdi di MAN 1 Tuban sejak 2003. Hingga kini, ia masih aktif mengajar Kimia. Mengenai alasannya tetap mengabdi di madrasah, ia menyebut madrasah sebagai pintu awal pengabdiannya.
“Saya mulai awal, saat baru lulus kan di MAN 1 Tuban ini. Ke depannya tergantung takdir Allah, ke mana mengalirnya,” ujarujar Inayah.
Selama lebih dari dua dekade, Inayah tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menjadi pembina Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Olimpiade Kimia. Banyak siswanya yang ia bimbing hingga berani berkompetisi di tingkat regional maupun nasional.
Dedikasinya di bidang literasi dan pendidikan mengantarkannya meraih berbagai penghargaan bergengsi. Baru-baru ini, ia dinobatkan sebagai Guru Inspiratif di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Tuban tahun 2025.
“Itu karena saya sering berkiprah di berbagai event. Saya banyak menjuarai berbagai kompetisi,” ungkapnya.
Daftar prestasinya memang panjang. Di antaranya, Juara Lomba Feature Pintar Pusbangkom SDM Kemenag RI 2025, penerima Anugerah Guru Teladan Perma Pendis Award tingkat Nasional 2025, Guru Penulis Buku Produktif Nasional 2024, dan Guru Madrasah Inovatif Provinsi Jawa Timur 2024.
Kecintaannya terhadap dunia literasi sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP.
“Sejak SMP pernah Juara 1 lomba mengarang tingkat Kabupaten dalam rangka Bulan Bahasa di IKIP PGRI Tuban, sekarang UNIROW,” kenangnya.
Bakat itu semakin terasah ketika ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
“Saat di Tambak Beras pernah Juara 1 lomba menulis esai tingkat pondok,” lanjutnya.
Kemampuan literasi Inayah terus berkembang seiring pendidikannya di Universitas Negeri Malang (UM), tempat ia menyelesaikan studi S1 dan S2 di bidang Pendidikan Kimia, serta kini tengah menempuh program doktor di universitas yang sama.
Menariknya, produktivitas menulisnya justru meningkat pada masa sulit, yakni ketika ibunya mengalami stroke dan dirawat di rumah sakit.
“Saya produktif nulis buku referensi itu baru Januari 2024, saat Ibu saya kena stroke di RS. Saya menunggui dengan menulis,” kisahnya.
Di sela menjaga ibunya, lahirlah sejumlah karya yang kemudian dikenal luas, di antaranya Zen In The Zoom: Moderasi Beragama di Era Virtual, A Prophet’s Classroom: Learning from The Master Teacher, serta Meratakan Lahan Peran: Membangun Keluarga dan Masyarakat yang Adil dan Setara.
Sebelum menulis buku-buku tersebut, Inayah lebih sering menulis artikel dan jurnal ilmiah.
“Sebelumnya, saya hanya senang menulis artikel dan proceeding di conference alias jurnal-jurnal ilmiah,” tuturnya.
Memasuki 2024, ia mulai beralih menulis buku referensi yang lebih membumi dan dapat diakses masyarakat luas. Kini, ia juga menulis dalam bahasa Inggris.
“Sekarang senang nulis buku dalam bahasa Inggris karena agar bisa dibaca orang mancanegara. Jargon Madrasah Mendunia saya terjemahkan untuk diri saya sendiri. Agar saya sebagai insan madrasah dikenal dunia ya melalui tulisan itu,” katanya penuh semangat.
Baginya, menulis bukan sekadar menuangkan ide, tetapi juga menjadi sarana memperkenalkan madrasah di kancah global.
Meski telah menerbitkan 154 buku, Inayah masih menyimpan target yang lebih besar.
“Saya ingin memiliki 1000 karya sebelum saya purna alias pensiun dari mengajar. Semoga bisa nutut umur dan sehat. Amin,” ujarnya penuh harap.
Bagi Inayah, setiap karya adalah jejak amal. Ia percaya tulisan dapat menjadi jembatan ilmu yang terus mengalirkan manfaat, bahkan ketika penulisnya telah tiada.
Tentang Sains dan Kiprah Organisasi
Kecintaan Inayah pada dunia sains dan pendidikan mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Ia mengenang masa remajanya dengan haru.
“Bapak saya dulu selalu mengarahkan ke eksak. Waktu lomba SMP dulu almarhum Bapak juga yang cariin referensi, dan Ibu saya yang bagian berdoa sampai sekarang,” tutur Inayah.
Selain aktif mengajar, Inayah juga berkiprah di berbagai organisasi profesi dan keagamaan. Ia tergabung dalam MGMP Kimia Kabupaten Tuban dan Provinsi Jawa Timur, serta menjabat Bendahara Kumpulan Guru Inovatif Indonesia (KGII).
Di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), ia merupakan Pengurus PC ISNU Tuban bidang Pemberdayaan Perempuan (2019-2024), Pengurus PC Pergunu bidang Profesionalisme Guru (2021-2026), dan Bendahara LPT PCNU Tuban (2023-2028).
Melalui berbagai aktivitas tersebut, Inayah terus memperluas perannya dalam pemberdayaan perempuan dan peningkatan mutu guru madrasah. Ia membuktikan bahwa pena dan papan tulis dapat berjalan beriringan. Sains dan literasi pun dapat bersatu dalam satu misi: menebar manfaat untuk umat.