Jual Beli Serangan Anies dan Prabowo soal Pertahanan Siber: Singgung Anggaran Kemenhan hingga Food Estate
Ahad, 7 Januari 2024 | 22:15 WIB
Jakarta, NU Online
Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan banyak menyinggung soal kinerja calon presiden nomor urut 2 yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Hal itu terjadi dalam agenda debat capres putaran ketiga di Istora Senayan, Jakarta pada Ahad (7/1/2024).
Serangan Anies ke Prabowo itu mengenai banyak hal, di antaranya soal Kementerian Pertahanan yang sempat di-hack serta anggaran Rp700 triliun hingga food estate atau lumbung pangan yang dinilai merusak alam sehingga tidak memberikan hasil.
“Kementerian Pertahanan menjadi kementerian yang dibobol oleh hacker di 2023. Sebuah ironi. Karena itu kita ingin mengembalikan, dan Rp700 triliun anggaran Kementerian Pertahanan tidak bisa mempertahankan itu,” ucap Anies.
Ia menegaskan, anggaran yang sangat jumbo di Kementerian Pertahanan yang tak bisa mempertahankan serangan siber itu justru dipakai untuk membeli alat-alat bekas alutsista (alat perang) yang bekas. Di saat yang sama, kata Anies, lebih dari separuh tentara Indonesia tak punya rumah dinas. Hal ini sangat kontras dengan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
“Sementara menterinya, menurut Pak Jokowi, punya lebih dari 340 hektar tanah di republik ini. ini harus diubah,” katanya.
Anies lalu menyerang Prabowo dengan soal food estate singkong yang hanya menguntungkan kroni. Fenomena seperti itu, menurut Anies, harus diubah. Ia meyakinkan bahwa kepemimpinannya kelak akan menjunjung tinggi etika.
“Kita ingin republik ini berperan di level global, dijaga secara serius untuk rumah tangga, untuk nasional sehingga kewibawaan kita berdasarkan kekuatan. Untuk itu kita butuh: perubahan,” tegas Anies.
Respons Prabowo
Prabowo Subianto mengaku bertekad bahwa Indonesia harus punya pertahanan kuat. Ia kemudian menyindir Anies dengan sebutan asal bicara dan tanpa data. Bahkan, mungkin didorong oleh ambisi yang menggebu-gebu sehingga tidak objektif.
Ia membantah asumsi Anies dengan mengatakan, sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto berpegang kepada doktrin, strategi nasional, dan semuanya adalah atas dasar kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.
“Saya mampu mempertanggungjawabkan, dan saya berkeyakinan hanya dengan pertahanan yang kuat, kita akan dihormati, kita akan menjaga kepentingan nasional kita. Kalau kita buka buku ilmu pengetahuan paling dasar, kekuatan nasional harus ada kekuatan militer. Tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban manusia mengajarkan bahwa bangsa itu akan dilindas seperti di Gaza sekarang ini, akan diambil kekayaannya, akan diusir dari tanah airnya. Tidak bisa tidak, kita harus kuat, kita harus kuat,” ucap Prabowo.
Lalu di segmen kedua, Anies mencoba mengklarifikasi ucapannya. Ia salah sebut soal jumlah tanah yang dimiliki Prabowo. Anies kemudian menyebut, Prabowo memiliki 340 ribu hektar.
Saat Anies sedang bicara, tiba-tiba Prabowo menyelak. Ia mengatakan bahwa pernyataan Anies salah. Lalu penonton di studio sontak ramai dengan sorakan sehingga membuat moderator berkali-kali memohon agar penonton tenang demi melanjutkan perdebatan.
Anies mengungkapkan sejumlah hal mengenai strateginya untuk keamanan siber. Namun Prabowo mematahkannya. Di dalam pandangan Prabowo, Anies adalah sosok yang sangat teoritis yang kalau bicara selalu tampak bagus dan indah.
“Ya, sekali lagi, saya berpandangan Pak Anies juga terlalu teoritis. Semuanya bagus, indah, tetapi yang nyata tentang masalah AI, siber, teknologi tinggi adalah sumber daya manusianya, awaknya,” kata Prabowo.
“Saya begitu jadi menteri, saya membentuk 4 fakultas baru di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika. Kita menyiapkan putra-putri kita untuk menguasai teknologi, sains, AI, dan siber. Bukan barang yang kita beli. Kita harus kuasai bagaimananya, sistem yang harus kita pegang. Itu adalah inti masalah. Tidak hanya bicara yang baik-baik saja,” sindir Prabowo kepada Anies.
Sindiran Prabowo pun dibalas Anies dengan menganggap bahwa Menteri Pertahanan tidak bekerja atau melaksanakan program untuk mempertahankan siber selama lima tahun. Inilah, menurut Anies, letak kesalahannya.
“Kalau tadi disebut ada yang teoritis, (maka) ada yang kedua: tidak dilaksanakan. Jadi selama lima tahun ini, apa yang dikerjakan dalam mempertahankan sistem siber kita? Justru di situ letak problemnya,” tegas Anies.
“Jadi ketika anggaran yang begitu besar dialokasikan justru bukan untuk mempertahankan yang hari ini menjadi serangan paling modern yang terjadi, ini adalah ancaman yang paling nyata, dan dirasakan di seluruh keluarga, bukan hanya di sektor pemerintahan. Karena itu, menurut kami, langkahnya investasi jangka panjang boleh, tapi manfaatnya itu baru dirasakan baru bisa 5-10 tahun yang akan datang,” jelas Anies.