Kagumi KH Wahab Chasbullah, As'ad Ali Siap Jadi Penggerak NU
Selasa, 4 Agustus 2015 | 01:30 WIB
Jombang, NU Online
Calon Ketua Umum PBNU KH As'ad Ali mengungkapkan kekagumannya kepada salah seorang tokoh pendiri Nahdlatul Ulama KH Wahab Chasbullah. Ia menyatakan siap menjadi penggerak NU sebagaimana Mbah Wahab.<>
Hal itu disampaikannya dalam acara peluncuran buku “KH Abdul Wahab Chasbullah, Hidup dan Perjuangannya,” karya Drs Choirul Anam di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, Senin (3/8) malam.
"10 tahun sebelum NU lahir Mbah Wahab sudah mendirikan Nahdlatul Wathon, atau sekolah kemangsaan. Jauh sebelum Indonesia merdeka beliau sudah berfikir nasionalisme dan kebangsaan yang dijiwai oleh agama Islam," katanya.
As’ad mengatakan, Mbah Wahab adalah sosok penggerak, meski demikian ia tidak mendahului kehendak ulama. “Waktu itu beliau mengusulkan untuk mendirikan NU, tapi Mbah Hasyim mengatakan mau akan istikhoroh dulu. Kiai Wahab pun manut,” katanya
As'ad melanjutkan, salah satu peninggalan penting dari Mbah Wahab adalah mars Yahlal Wathon. Tahun 1916 mars ini wajib dinyanyikan sebelum sekolah di Nahdlatul Wathon. "Salah satu syair yang paling penting adalah Wala takun minal hirman, jangan kalian menjadi bangsa terjajah," katanya.
Menurut As'ad, setelah mendapat petunjuk dari KH Maimun Zubair, ia meminta para musisi muda NU untuk menggubah lagu Ahlal Wathon seperti yang saat ini populer. "Mars Ahlal Wathon ini kita jadikan lagu wajib setiap kaderisasi PBNU. Lagu ini bisa menggerakkan kita. Apa gunanya berorganisasi kalau tidak bergerak," katanya.
Putra Kiai Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab dalam kesempatan itu menyatakan rasa syukurnya, satu lagi buku tentang Kiai Wahab telah diterbitkan.
"Mbah Wahab mungkin tidak mau ditulis, bahkan tidak mau mendapat gelar pahlawan nasional. Tapi buku semacam ini penting untuk mengenalkan para tokoh sesepuh dan pejuang kepada generasi berikutnya. Buku ini sangat berharga yang akan dikenang sampai nanti," katanya.
Choirul Anam mengatakan, buku KH Wahab Chasbullah: Hidup dan Perjuangannya setebal 400-an halaman itu ditulis saat dirinya dalam kondisi sakit. Beberapa bagian dari isi buku belum selesai dan baru akan dimuat dalam edisi berikutnya.
Dalam kesempatan itu As'ad Said Ali meminta ratusan Nahdliyin yang hadir berdoa untuk kesehatannya. "Insyaallah setiap karya baru yang dilahirkan oleh Cak Anam akan menjadi obat bagi para penulisnya," katanya. (A. Khoirul Anam)
Foto: H As’ad Said Ali bersama penulis buku Choirul Anam dan Gus Hasib putra Kiai Wahab Chasbullah