Nasional

Kaleidoskop 2021: Bahu Membahu Menangani Dampak Bencana Semeru

Jumat, 31 Desember 2021 | 09:30 WIB

Kaleidoskop 2021: Bahu Membahu Menangani Dampak Bencana Semeru

Relawan NU Peduli dari LPBINU Magelang membersihkan rumah warga di Desa Supiturang Pronojiwo Lumajang, Jawa Timur (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Jakarta, NU Online

Menjelang akhir 2021 bencana alam terkait aktivitas Gunung Semeru di Lumajang mengagetkan masyarakat. Bencana ini ramai dibicarakan awalnya karena video yang beredar dan tersebar di berbagai grup WhatsApp pada Sabtu (4/12/2021) sore. Video ini adalah kondisi di daerah Wulu Titik Nol Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dalam video tersebut, terlihat gumpalan asap pekat menjulang ke atas. Terlihat pula warga yang berlarian dan berhamburan. 

 

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani, Senin (6/12/2021) menegaskan bencana tersebut bukan erupsi, melainkan awan panas guguran (APG). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur juga menegaskan hal serupa. Hal itu disampaikan melalui Manager Pusat Pengendalian Ops Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Jawa Timur.

 

Dino menjelaskan, erupsi merupakan aktivitas magma di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Sementara guguran awan panas merupakan peristiwa ketika suspensi dari material gunung berupa batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu massa gas vulkanik panas keluar dari gunung berapi.

 

Secara teknis, awan panas guguran berkaitan dengan curah hujan tinggi. Saat hujan dengan intensitas tinggi terjadi, material yang ada pada permukaan gunung bereaksi. "Bahan-bahan material yang ada di gunung itu kan ada belerang, sebagainya, apabila terkena air akan bereaksi. Nah itu kemarin, sampai sekarang pun lahar dingin itu posisinya masih panas di bawah," jelas Dino.

 

Ahli vulkanologi, Surono mengatakan, aktivitas Gunung Semeru itu merupakan guguran kubah lava yang menghasilkan awan panas guguran. "Kalau saya sebut guguran kubah lava," kata dia.

 

Hingga Rabu (22/12/2021), berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bencana tersebut menyebabkan 51 orang meninggal dunia dari sebelumnya 50 orang. Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. "Selain jumlah korban meninggal, posko mencatat 5 potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak,” kata Abdul dalam keterangan tertulis kepada media.


Disebutkan jumlah warga mengungsi sebanyak 10.395 jiwa. Para pengungsi tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Pasirian ada 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro ada 21 titik dengan 4.645 jiwa, dan Pronojiwo ada delapan titik dengan 1.077 jiwa.


Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang, sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang 9 titik dengan 341 jiwa, Blitar 1 titik dengan 3 jiwa, Jember ada 3 titik dengan 13 jiwa, dan Probolinggo 1 titik dengan 11 jiwa.

 

Dampak yang tak bisa diabaikan dari bencana tersebut adalah terputusnya akses ke pusat Kabupaten Lumajang dari Malang karena rusaknya Jembatan Gladakperak. Akses pendidikan, ekonomi, kesehatan masyarakat umum pun terdampak.

 

Aksi NU Peduli

Tak lama setelah terdengar kabar tentang bencana tersebut, para relawan NU Peduli menyiapkan aksi penanganan. Seperti dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Magelang Jawa Tengah yang memberangkatkan enam orang personel.

 

"Begitu malamnya langsung bergerak ke Lumajang. Kami membawa genset, senseo, tambang. Di Supiturang, Kecamatan Pronojiwo kami segera melakukan pembukaan akses jalan dengan memotong pohon yang tumbang," kata Mardan.


Mardan dan timnya juga melakukan pembersihan rumah warga serta fasilitas umum yang tertutup abu vulkanik. "Kami berkoordinasi dengan Pos Lapangan NU Peduli di Pronojiwo, dengan pemerintah setempat dan pemilik rumah (yang akan dibersihkan)," kata Mardan kemudian menambahkan bahwa tingkat kerusakan rumah di Dukuh Umbulan, salah satu titik aksi, mencapai 95 persen.

 

Selain LPBINU Magelang, relawan juga datang dari berbagai daerah, seperti Kendal, Malang, Surabaya, Pamekasan, Blitar, Sidoarjo, Kediri. Pos Lapangan Pronojiwo adalah salah satu pos penanganan untuk warga dan wilayah terdampak bencana Semeru. Di pos tersebut juga dikumpulkan berbagai barang bantuan untuk warga.

 

Setiap harinya, sebelum berangkat ke titik penanganan, para relawan mengikuti apel pagi. Koordinator Pos Lapangan Syaiful Anam menegaskan apel dilakukan untuk koordinasi relawan dan titik tugas mereka. Hingga 14 Desember 2021 terdapat 715 relawan yang terlibat dalam penanganan. 

 

Di Pronojiwo titik pengumpulan bantuan juga dilakukan di Kantor MWCNU Pronojiwo. Pengamatan NU Online hingga pekan kedua Desember kedua tempat dipenuhi barang-barang bantuan. Itu semua karena antuasias masyarakat melalui NU Peduli untuk membantu warga terdampak bencana Semeru.

 

Penanganan lainnya juga dilakukan NU Peduli dalam bentuk pemberian layanan psikososial dan pengobatan serta pemeriksaan kesehatan kepada warga. Tim Kesehatan dari Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) menargetkan layanan kesehatan akan dilakukan hingga beberapa bulan ke depan.


Pembangunan huntara

​​​​​​​Awan panas guguran Semeru menyebabkan warga mengalami trauma. Mereka tidak berani mendatangi, apalagi menempati kembali rumah-rumah mereka. Lebih-lebih banyak juga warga yang kehilangan rumah karena tertimbun abu vulkanik. Muhamad, warga Desa Supiturang, yang sempat menengok rumahnya saat NU Online meninjau ke sana bersama NU Peduli mengatakan, keluarganya berharap pemerintah merelokasi mereka ke lokasi yang lebih aman. Apalagi aktivitas Semeru belum terhenti.

  

Kebutuhan akan rumah sementara menjadi keniscayaan. NU Peduli melalui Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU)) Lumajang menargetkan membangun 250 unit hunian sementara (huntara). Hal itu disampaikan Tim NU Lumajang Peduli saat rapat koordinasi relokasi pascabencana awan panas guguran (APG) Semeru yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Pasirian, Lumajang, Kamis (16/12/2021).
 

Direktur NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Lumajang, Muhammad Rofiul Ulum menuturkan, 250 huntara yang diusulkan timnya sudah disetujui Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang. Disebutkan, 250 huntara tersebut merupakan bagian dari 2000 Huntara yang ditargetkan Pemkab Lumajang.

 

"Kami juga siap untuk pembangunan fasilitas umum lainnya, seperti masjid, mushala, dan madrasah diniyah. Tapi sementara itu masih ditampung, karena sedang fokus pada huntara," ungkapnya dikutip dari NU Online Jatim.
 

Pria yang juga salah tim NU Lumajang Peduli itu menambahkan, awalnya pembangunan huntara tersebut dianggarkan Rp10 juta per unitnya. Namun, setelah dilakukan pengecekan ulang kemudian direvisi dan membengkak menjadi Rp12 juta. Karena itu anggaran yang disiapkan untuk huntara itu berkisar Rp2,6 miliar hingga Rp3 miliar.

 

Bantuan Nahdliyin

Selain menyalurkan bantuan dalam bentuk barang kebutuhan pokok maupun datang sebagai relawan di lokasi terdampak bencana Semeru, warga NU di berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri menyalurkan bantuan mereka dalam bentuk uang.

NU Care-LAZISNU sejak awal membuka saluran donasi melalui nucare.id/program/pedulibencana. Selain itu NU Care-LAZISNU berbagai daerah juga mengumpulkan bantuan untuk warga terdampak Semeru. Seperti NU Care-LAZISNU Jawa Tengah yang berhasil menggalang dana masyarakat senilai Rp1,12 miliar.

 

KetuaLAZISNU Jawa Tengah Muhammad Mahsun mengatakan dana sebesar itu dihimpun melalui Unit Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU) yang tersebar di kabupaten/kota se-Jawa Tengah, terhitung mulai sejak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu awan panas guguran hingga Sabtu (18/12/2021).

 

"Dana sebesar itu langsung dibukukan di rekening LAZISNU Jawa Tengah dan secara simbolis diserahkan beberapa perwakilan pengurus UPZISNU kepada Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh," kata Mahsun.


Sementara itu, NU Care-LAZISNU Jawa Timur dalam empat hari penggalangan sejak awal bencana terjadi, berhasil mengumpulkan total bantuan senilai Rp497.838.000. Sekretaris NU Care-LAZISNU Jawa Timur, M Rofii Boenawi mengatakan, NU Care-LAZISNU Jatim menargetkan total penggalangan bantuan untuk warga terdampak Semeru adalah 3 miliar rupiah.
 

Warga NU di luar Pulau Jawa juga turut mengumpulkan bantuan. Nahdliyin Kota Sorong, Papua misalnya berhasil mengumpulkan dana sekitar 13 juta rupiah setelah melakukan aksi galang dana dengan turun ke jalan pada Ahad (19/12/2021). Demikian juga dengan NU Care-LAZISNU Tebo, Provinsi Jambi tak ketinggalan dalam membantu penanganan bencana Semeru.
 

Sementara itu Nahdliyin di luar negeri yang sudah melaporkan dan menyalurkan hasil penggalangan adalah PCINU Qatar. Bantuan Nahldiyin Qatar disalurkan melalui NU Care-LAZISNU Jawa Tengah pada Senin (20/12/2021).

 

Sekretaris PCINU Qatar, Muhammad Rio mengatakan sumbangan berupa uang sebesar Rp20.003.012 terkumpul dari Nahdliyin yang berada di Qatar.

 

Rais Syuriyah PCINU Qatar, Ali Mustofa mengatakan meski mereka berada di rantau, ribuan kilometer dari tanah air tercinta, tapi hati mereka senantiasa tersambung dengan saudara-saudara di tanah air. "Oleh karena itu, ketika saudara-saudara kita di tanah air tertimpa musibah, kita di Qatar ikut tergerak," kata Ali Mustofa.
 

Bantuan berupa dana tersebut sangat dibutuhkan mengingat penanganan dampak bencana bersifat jangka panjang. Bukan hanya pemenuhan gawat darurat, namun juga masa pemulihan.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan