Semarang, NU Online
Alunan musik dari Homeband terdengar menyambut kedatangan peserta forum Annual International Conference on Islamic Studies 2024 (AICIS) pada Jumat (2/2/2024) malam. Kehadiran mereka di Gedung Gradikha Bhakti Praja guna memenuhi undangan makan malam dari Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana.
Rombongan berangkat dari kampus 3 UIN Walisongo, lokasi AICIS 2024, pukul 17.00 WIB usai menuntaskan sesi pleno kedua. Mereka tiba di Gedung Pertemuan Gubernuran sekitar pukul 18.00 WIB.
Para akademisi dan tokoh agama itu langsung diarahkan untuk mengambil posisi di aula pertemuan. Tampak hadir di antaranya Plt Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof Nizar Ali, serta Direktur PTKI Prof Ahmad Zainul Hamdi.
Baca Juga
9 Poin Piagam Semarang Hasil AICIS 2024
Mereka tampak asyik menikmati hidangan tradisional khas Semarang seperti garang asem dan wedang ronde sembari berbincang. Tidak hanya makanan dan minuman, Kantor Gubernur Jateng juga menyuguhkan alunan musik untuk mengiringi makan malam para tamu itu.
Prof Ali Nizar mengatakan penyelenggaran AICIS di Semarang diharapkan membawa dampak besar pada Universitas Islam Negeri dan bagi PTKIN pada umumnya. Ia berharap ke depan AICIS diperluas ke wilayah Asia.
"Semoga AICIS ke depan jauh lebih baik dan meriah dan sudah diekspansi menjadi bagian wilayah ASEAN," ucap Prof Nizar dalam sambutannya.
Usai dijamu makan malam sejumlah peserta AICIS bergerak menuju kota lama Semarang. Sampai di kawasan, tampak peserta mengamati bangunan-bangunan tua berdiri dengan kukuh.
Langkah mereka terhenti ketika melihat bangunan bercat putih bergaya Eropa dengan menara kembar yang dilengkapi jam besar di tiap-tiap menara. Pada pucuk menara terdapat juga lonceng besar bertuliskan G.B.I.B Immanuel. Bangunan tersebut lebih familiar di telinga warga kota lumpia dengan Gereja Blenduk.
Peserta asal Purwakarta Muchammad Fadlan mengaku terkesan dengan bangunan gereja yang berada di kawasan kota lama ini. Menurutnya bangunan Gereja Blenduk hal yang menarik bentuk atap blenduk atau melengkung bulat.
"Bangunannya menarik dan masih klasik, dengan perpaduan atap yang bentuknya blenduk sebagai ciri khas," ungkapnya ketika sedang duduk di Taman Sri Gunting terletak di sebelah timur Gereja Blenduk.
Tak hanya bentuk atap yang menarik, bentuk bangunan persegi delapan atau heksagonal turut serta menyelaraskan keunikan bangunan yang berdiri sejak tahun 1742.
"Lengkung bangunan berbentuk persegi delapan, dengan tiga pintu masuk, selaras dengan atap blenduknya," tutur Eka Octalia peserta asal Lampung yang datang pertama kali di Kota Lama Semarang.
Gereja Blenduk Semarang merupakan salah satu landmark di Kota Lama. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras. Bentuknya lebih menonjol.
Lokasi bangunan ini berada di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang dan bernama Gereja GPIB Immanuel. Gereja ini masih dipergunakan untuk peribadatan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda seperti Gedung Marba.