Ketum PBNU Desak Pemerintah Afghanistan Beri Hak Layak bagi Perempuan
Jumat, 25 Maret 2022 | 08:04 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). (Foto: NU Online/Suwitno)
Tasikmalaya, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyerukan dan mendesak pemerintah Afghanistan agar segera memberikan hak yang layak bagi perempuan, khususnya di bidang pendidikan.
Penegasan itu disampaikan Gus Yahya dalam agenda Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pengukuhan Pengurus Lembaga/Badan Khusus PBNU, di Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Desa Cipatat, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Kamis (24/3/2022).
“Hari ini kita menerima kabar bahwa di Afghanistan, murid perempuan dikeluarkan dari sekolah mereka. Di atas usia 12 tahun dipulangkan dan tidak diperbolehkan sekolah dalam waktu yang tidak ditentukan,” kata Gus Yahya.
Tidak jelas alasan murid perempuan dikeluarkan dari sekolah. Namun yang pasti, kata Gus Yahya, pemerintah Afghanistan memaksa anak-anak perempuan untuk tidak bersekolah adalah sebuah keputusan yang tidak berpihak pada perempuan dan pendidikan.
“Apakah mereka ingin mengembangkan sistem pendidikan untuk perempuannya? Kita tidak tahu. Tetapi kita ingin menyerukan kepada Afghanistan: lihatlah keuntungan (dan) berkah besar yang telah dilakukan NU dengan memberikan hak pendidikan yang setara untuk perempuan,” kata Gus Yahya.
Gus Yahya lantas mencontohkan bahwa PBNU saat ini bisa melakukan banyak hal karena dari awal memberikan hak yang sama kepada perempuan. Ia menyebut Khofifah Indar Parawansa dan Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid yang berada di jajaran ketua PBNU. Keduanya adalah tokoh perempuan unggul yang dibutuhkan PBNU untuk mengerjakan tugas-tugas keorganisasian.
“Hari ini kita mampu melakukan lebih banyak hal karena kita punya perempuan yang unggul,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Karenanya dalam kesempatan itu, Gus Yahya menyeru pada Afghanistan agar memberikan pendidikan yang terbaik untuk perempuan Afghanistan.
“Please give your daughters the best education you can provide because they all the ones who will determine the picture of your next generation. Tolong beri putrimu pendidikan terbaik yang bisa kamu berikan, karena merekalah yang akan menentukan gambaran generasimu selanjutnya,” tegasnya.
Dilansir BBC, Taliban sebagai penguasa Afghanistan saat ini mengurungkan keputusan membolehkan anak perempuan kembali ke bangku sekolah menengah, dengan alasan masih memikirkan soal seragam yang harus mereka pakai.
Mestinya sekolah di seluruh Afghanistan akan dibuka pada Rabu (23/3/2022), menyusul penerapan pembatasan yang dikeluarkan Taliban sejak kelompok ini mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021.
Namun, tiba-tiba Kementerian Pendidikan mengumumkan sekolah menengah untuk anak-anak perempuan belum akan dibuka, keputusan yang memicu kebingungan.
Keputusan itu dikeluarkan sepekan setelah Kementerian Pendidikan Afghanistan mengatakan semua murid, termasuk siswa perempuan, akan kembali bersekolah mulai Rabu.
Pernyataan kementerian menyebutkan bahwa semua siswi sekolah menengah dan sekolah-sekolah yang punya murid perempuan di atas kelas enam masih akan tetap libur sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Sementara sekolah untuk anak-anak perempuan akan dibuka kembali ketika ada keputusan terkait seragam sekolah, yakni seragam yang sesuai dengan hukum Islam dan tradisi Afghanistan.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin