Ketum PBNU Larang Pengurus NU Bawa-Bawa Organisasi untuk Politik Praktis
Selasa, 5 September 2023 | 08:00 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberikan larangan keras bagi para pengurus NU di semua tingkatan agar tidak membawa-bawa organisasi NU untuk kegiatan politik dan politik praktis. Gus Yahya pun tak segan-segan memberikan sanksi bagi yang melanggarnya.
"Kalau ada pengurus NU kemudian menggunakan lembaga NU untuk kegiatan politik, politik praktis, langsung kita tegur," kata Gus Yahya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/9/2023) malam usai mengantar surat undangan Munas dan Konbes NU 2023 untuk Presiden Jokowi.
Gus Yahya menyebut sudah ada contoh sanksi yang dijatuhkan. Dia menyebut ada pengurus NU di tingkat kabupaten (PCNU) yang ditegur karena memakai kantor untuk deklarasi capres.
Sebaliknya, Gus Yahya mempersilakan bagi para pengurus untuk mendukung capres-cawapres atas nama pribadi, tidak membawa-bawa organisasi NU.
Sebelumnya, Gus Yahya menegaskan bahwa tidak ada capres dan cawapres atas nama NU. Komitmen PBNU untuk menarik diri dari politik praktis ditegaskan Gus Yahya sejak terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Ia tak mau PBNU sibuk ikut berkompetisi dalam pemilu dan pilpres.
Gus Yahya ingin PBNU fokus membantu masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Yahya juga meminta tak ada pihak yang menarik-narik PBNU ke dalam pertarungan politik.
"Jangan ada calon mengatasnamakan NU. Kalau ada calon, itu atas nama kredibilitasnya, atas nama perilakunya sendiri-sendiri. Bukan atas nama NU," ucap Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023) lalu.
Baca Juga
9 Pedoman Berpolitik Warga NU
Secara struktural, kata Gus Yahya, NU maupun kiai-kiai NU juga tidak akan memberikan dukungan kepada capres dan cawapres tertentu.
"Kalau ada klaim, kiai-kiai NU merestui itu sama sekali tidak betul. Selama ini tidak ada pembicaraan terkait calon presiden atau calon wakil presiden," kata Gus Yahya.
Kalau pun ada warga NU yang ingin mencalonkan diri; Gus Yahya mempersilakan untuk bisa berjuang lewat partai politik bukan lewat NU. "Orang tahu NU ini punya warga banyak sekali. Survei Alfara 52,9 persen populasi Muslim Indonesia mengaku NU," kata dia.
Saat ini, warga NU juga sangat cerdas sehingga tidak bisa lagi ditarik-tarik untuk memenuhi ambisi calon tertentu. "Mindset NU ini dulu dianggap kayak kebo (kerbau). Ini menghina sekali, padahal warga NU ini sudah cerdas, mereka sudah bisa menilai orang. Kami tidak mau NU ini dicocok-cocok hidungnya dibawa ke sana kemari,” kata dia.
Gus Yahya juga memastikan bahwa keputusan Muktamar NU, sebagai lembaga tidak akan ikut dukung mendukung dan juga tidak akan jadi kompetitor dalam politik.