Kisah di Balik Bendera NU Raksasa Seberat 6 Kuintal (1)
Selasa, 21 November 2017 | 04:03 WIB
Sebelum dibuka, Kamis (23/11), Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2017 di Nusa Tenggara Barat, akan diawali dengan Pawai Ta’aruf yang dihadiri belasan ribu Nahdliyin, Selasa (22/11). Rute pawai itu dari Islamic Center kota Mataram ke lapangan Sangkareang sejauh 1 km.
Pada pawai itu pula bendera NU raksasa akan dihadirkan. Disebut raksasa, karena ukuran bendera itu sekitar 60 m x 40 m atau seluas 240 m persegi. Sementara beratnya sekitar 600 kg atau 6 kuintal.
Menurut salah seorang panitia, Muhammad Hirjan, bendera NU raksasa diusulkan Sekretaris Jenderal PBNU H. Helmy Faishal Zaini dalam beberapa kali pada Rapat Koordinasi Panitia Daerah.
“Karena dulu ada Munas NU di NTB tahun 1997. Nah, pada Munas dan Konbes ini harus ada yang berbeda, tidak hanya tempat, jika dulu di Bagu, sekarang harus ada tempat baru. Selain itu, harus ada yang baru juga,” jelas Hirjan.
Usul pembuatan bendera raksasa itu, lanjutnya, diterima Panitia Daerah dengan pelaksananya pada anggota Angkatan Muda Nahdlatul Ulama (AMNU) NTB.
“Bendera raksasa itu pembeda Munas dan Konbes NU hari ini dengan 20 tahun lalu,” katanya.
Juga sebagai simbol kebesaran NU, sebagai ormas terbesar di Indonesia dan dunia dengan jamaah 92 juta orang.
“Kita merespon gagasan bendera raksasa itu sebagai suatu bentuk gambaran kebesaran NU,” tambahnya.
Kedua, kata kandidat doktor bidang Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram itu, bendera raksasa sebagai simbol suka cita warga NU NTB yang akan dibanjiri tamu kiai. (Abdullah Alawi)