Konflik di Timur Tengah Meningkat, Kekhawatiran Perang Regional Muncul
Senin, 29 April 2024 | 15:22 WIB
Jakarta, NU Online
Pengamat Hubungan Internasional dari Central Normal University Tiongkok, Syaifuddin Zuhri, memperingatkan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Palestina, yang juga merembet ke Iran, semakin meningkat. Kekhawatiran akan pecahnya perang regional menjadi sorotan utama.
"Saya kira konflik eskalasi di Timur Tengah khususnya di Israel Palestina dan merembet ke Iran itu semakin meningkat dan ini dikhawatirkan banyak pihak kalau perang regional akan terjadi," kata Zuhri kepada NU Online, Sabtu (27/4/2024).
Perhatian terhadap situasi tersebut semakin memuncak setelah serangan Israel terhadap konsulat jenderal Iran di Damaskus, yang direspons oleh Iran dengan serangan balasan pada Ahad (14/4/2024) lalu. Zuhri menilai bahwa serangan Iran terhadap Israel tersebut menunjukkan kekuatan yang signifikan yang selama ini sering diabaikan oleh banyak pihak.
"Serangan balik Iran yang roketnya bisa sampai ke Israel, saya yakin Iran itu punya kekuatan yang sangat perlu diperhitungkan yang selama ini orang tidak memperhitungkannya," ujar Direktur Sino-Nusantara Institute itu.
Ia melanjutkan, eskalasi konflik di Timur Tengah juga mulai mempengaruhi situasi domestik, terutama di Amerika, di mana opini publik terkait dengan kebebasan berbicara menjadi hangat. Gerakan mahasiswa yang mendukung Palestina semakin meningkat di tengah ketegangan ini.
Zuhri menekankan pentingnya peran negara-negara yang berada di luar kubu Barat dalam menyeimbangkan situasi. Dia menyoroti peran China yang semakin terang-terangan mendukung Palestina, sementara negara-negara Arab terlalu terikat dengan Amerika sehingga dukungan mereka kepada Palestina cenderung "setengah hati".
Dalam konteks ini, Zuhri juga menekankan pentingnya kekuatan non-negara seperti NU dan kelompok internasional lainnya untuk menekan eskalasi konflik di Timur Tengah.
Indonesia, menurutnya, menerapkan strategi total diplomasi terkait geopolitik di kawasan tersebut, dengan melibatkan aktor negara dan non-negara untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Prospek perdamaian, baginya, memerlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan dalam proses diplomasi.
Bantuan bertahap NU untuk Palestina
Sementara itu, Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU Qohari Cholil, menegaskan komitmen jangka panjang Nahdlatul Ulama terhadap Palestina. Qohari menyatakan bahwa NU telah lama berkomitmen membantu Palestina, dan hal ini merupakan bagian tak terpisahkan dari arahan PBNU.
Menurut Qohari, bantuan dari NU yang dikoordinasikan melalui LAZISNU terus mengalir tanpa henti sejak 2017. Hingga saat ini, total bantuan kemanusiaan yang telah disalurkan ke Palestina telah mencapai angka Rp20 miliar.
"Sampai saat ini, bantuan yang sudah kita salurkan sudah mencapai 20 miliar secara berkala, dari mulai 2018, ya. Untuk di akhir-akhir ini saja sudah hampir 15 M, yang terakhir-terakhir. Khusus bantuan untuk pas agresi ini sebesar 15 M," tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa bantuan tersebut disalurkan melalui beberapa mitra, baik dalam dan luar negeri seperti Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, TNI AL, Gazze Destek Dernegi (GDD) atau Asosiasi Dukungan Gaza, dan Althouri Women Center (AWC).
Terbaru, NU Care-LAZISNU melalui Gazze Destek Dernegi (GDD) atau Asosiasi Dukungan Gaza yang bermarkas di Istanbul, Turki mengirimkan tiga truk kontainer bantuan kemanusiaan berupa paket pangan, tepung dan terpal yang didistribusikan bagi warga Gaza, Palestina.
Bantuan tersebut berupa 1.452 paket pangan, satu truk tepung atau gandum untuk bahan roti truk terpal. Adapun bantuan paket pangan berisikan kurma, beras Mesir, manisan, selai kacang, daging sapi kaleng, keju, saus tomat, spaghetti, pembalut wanita, keju kuning, tuna kaleng, teh, gula, hums, garam, dan tepung.
Menurut laporan Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS), jumlah korban tewas Palestina telah mencapai angka lebih 34 ribu jiwa dengan lebih dari 82 ribu korban luka-luka. https://www.pcbs.gov.ps/default.aspx
Militer Israel dilaporkan telah membunuh sedikitnya 34.794 warga Palestina. PCBS mencatat bahwa 34.305 korban jiwa berada di Jalur Gaza, sementara 489 korban jiwa terdapat di Tepi Barat. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak yang tak berdaya.
Detail mengenai korban tewas dalam agresi brutal meliputi 9.752 perempuan, 14.778 anak-anak. Selain itu, ratusan tenaga profesional tak luput dari serangan Israel. Sebanyak 491 tenaga kesehatan, 246 tenaga pendidik, 140 jurnalis dilaporkan meninggal dunia akibat serangan Israel.