LP Maarif Usulkan Penanaman Nilai Agama pada Peta Jalan Pendidikan Nasional
Senin, 8 Maret 2021 | 09:00 WIB
PJPN seharusnya merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku, baik UU maupun Peraturan Pemerintah (PP).
Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Arifin Junaidi mengaku telah menyampaikan sejumlah masukan terhadap Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020-2035 (PJPN) yang dirancang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Hal itu disampaikan bersama Ketua Umum KH Said Aqil Siraj pada 25 Januari 2021 secara langsung kepada Mendikbud Nadiem Makarim.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Arjuna, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa PJPN seharusnya merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku, baik UU maupun Peraturan Pemerintah (PP). Nilai-nilai agama juga, menurutnya, perlu ditanamkan kepada para pelajar sesuai dengan agamanya masing-masing. Ia juga menekankan pengembangan karakter ala Ki Hajar Dewantara.
"Kami memberi masukan agar perlunya penanaman ajaran dan nilai-nilai agama sesuai yang dipeluk peserta didik. Kami juga mengusulkan penggunaan frasa merdeka belajar dikembalikan ke frasa yang diintrodusir Ki Hajar Dewantara, yakni menekankan pada pengembangan karakter bukan penekanan pada literasi numerasi," kata Kiai Arjuna pada Ahad (7/3).
Kiai Arjuna mengusulkan agar ada penambahan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan, selain keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karenanya, bagi Kiai Arjuna, bukan lagi tri pusat pendidikan, melainkan sudah harus catur pusat pendidikan.
Pasalnya, di tengah pelanggaran norma yang terus meningkat, Kiai Arjuna menyampaikan bahwa hampir tidak ada dari kalangan lembaga pendidikan yang menjadikan tempat ibadah sebagai pusatnya. Sebab, tempat ibadah juga menjadi sarana untuk menempa relijiusitas dan karakter para peserta didik, seperti pesantren, sekolah minggu, ashram dan lain lain.
"Isi fundamental sebuah sistem pendidikan adalah visi besar pendidikan masa depan, yaitu sistem pendidikan Indonesia masa depan akan membentuk dan mempersiapkan warga negara dengan kompetensi dan karakter yang sesuai dan andal. Berkaitan dengan perkembangan teknologi, peta jalan perlu diperkaya dengan fenomena kesadaran baru umat manusia yang hidup dalam dunia tanpa batas, yang semakin menyadari diri dan komunitasnya sebagai penanggung jawab dan pemelihara kehidupan di bumi, dan kesadaran sebagai satu keluarga umat manusia dalam persaudaraan universal,” katanya.
Lebih lanjut, Kiai Arjuna juga mengingatkan dimensi agama dan sejarah bangsa tidak diabaikan begitu saja, justru menjadi titik awal refleksi, evaluasi, dan antisipasi bagi kebijakan pendidikan di masa depan.
“Visi pendidikan di masa depan seharusnya mendasarkan diri pada dimensi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Cita-cita besar para pendiri bangsa tetap harus menjadi orientasi kebangsaan dalam mendesain kebijakan pendidikan di masa depan”, tegas KH Arifin Junaidi menjawab Media Indonesia, Ahad (7/3).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan