Mama Gentur, Ulama Rujukan Ajengan-ajengan Pasundan Paruh Pertama Abad 20
Selasa, 14 Januari 2020 | 13:00 WIB
Penulis Mahakarya Ulama Nusantara Ahmad Ginanjar Sya'ban menyampaikan bahwa ulama yang dikenal sebagai Mama Gentur Kaler adalah maha gurunya ulama-ulama Sunda di paruh pertama abad 20.
"Kiai-kiai (ajengan) Sunda paruh pertama abad 20 itu ya muridnya," katanya kepada NU Online usai berziarah bersama koleganya.
Untuk berziarah ke Mama Gentur, para peziarah dilarang membawa ponsel dan alat-alat potret. Pasalnya, kata Ginanjar, ulama yang diziarahi ini mengharamkan kamera.
Pada gerbang kompleks pemakamannya terdapat tulisan dengan cat warna merah tentang pelarangan membawa ponsel ke area makam. Bahkan, jangankan di area makam, penduduk sekitarnya sendiri juga sungkan, tidak berani, memotret segala sesuatu di wilayah Gentur.
Selain itu, peziarah juga diharuskan bersarung sebagai bagian dari tatakrama sowan kepada sahibul maqam. Sebaiknya, jika hendak berziarah perlu dipersiapkan sarungnya. Meskipun, di depan gerbangnya, terdapat lapak yang menyediakan sarung untuk pengunjung. Namun, saat para dosen FIN Unusia berziarah pukul 09.00 WIB, lapak tersebut masih tutup.
Dari praktik tersebut, pengajar FIN Unusia Syamsul Hadi menyebutkan bahwa cara kehidupan masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi, meskipun dalam berkehidupannya sudah sedikit modern dengan gaya membajak sawahnya yang sudah menggunakan mesin dan sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bacaan saat ziarah. Selain bacaan tahlil atau surat-surat pilihan lainnya, dianjurkan juga untuk membaca shalawat Nariyah. Namun, ada satu hal yang berbeda bacaannya dengan shalawat Nariyah pada umumnya, yakni pada lafal wa yustasqa al-ghamamu, ketika berziarah di Makam Mama Gentur, lafal tersebut dibaca wa yastasqi al-ghamamu, menghormati ijazah shalawat Nariyah yang sampai kepada sahibul maqam.
Setiap pekan ketiga Jumadil Akhir diadakan Haul Mama Gentur. Ajengan Heri, Pengasuh Pondok Pesantren Al-I'tishom, puluhan ribu orang akan memadati pemakamannya. Tak ayal, saat FIN Unusia berziarah, puluhan lapak dari jarak ratusan meter sudah siap untuk digunakan berjualan mengingat waktu haul sekitar dua minggu lagi.
Budayawan Ngatawi Al-Zastrouw menyampaikan bahwa hal itu sangat baik karena meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tak jauh dari pemakaman Mama Gentur Kaler, ada pula makam Mama Gentur Kidul yang bernama asli Ajengan Qurthubi. Ia merupakan adik dari Ajengan Syathibi. Keduanya ini berguru kepada Mama Sohih yang makamnya juga berjarak sekitar 2 KM.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi