Dalam sehari, setidaknya Kiai Said mengungkapkan ketakjubannya itu di khalayak umum sebanyak dua kali saat menyampaikan belasungkawa atas wafatnya KH Maimoen Zubair di Tanah Suci Makkah, Selasa (6/8) pukul 04.17 waktu Arab Saudi. Pertama, Kiai Said menyampaikan hal itu saat konferensi pers dan tahlilan untuk Mbah Moen. Keduanya digelar di Gedung PBNU, Jakarta.
Seusai tahlilan, Kiai Said bersaksi bahwa Mbah Maimoen merupakan seorang panutan yang alim dan memiliki akhlak yang tinggi.
“Kita semua yakin Mbah Moen minasshalihin, min auliyaillah. Kita semua kehilangan, kita semua merasa ya sedih, ya, manusiawi, dengan hilangnya seorang ulama besar, ” kata Kiai Said.
Menurut Kiai Said, Mbah Maimoen merupakan ulama yang semasa hidupnya banyak memberikan andil dalam mempertahankan dan membela Ahlussunah wal Jamaah dan selalu berusaha menjaga keutuhan dan keselamatan bangsa Indonesia.
Kiai Said bercerita tentang salah satu kealiman Mbah Moen. Pada Muktamar NU 1984 di Situbondo, Jawa Timur, Mbah Maimoem termasuk kiai yang ikut menerima asas tunggal Pancasila. Terlebih, saat itu Mbah Maimoen mengemukakan argumentasinya secara ilmiah agar asas Pancasila diterima kiai-kiai lain.
“Beliaulah yang memberikan argumentasi adillah (dalil-dalil): aqilyah wa naqliyah,” ucapnya.
Kealiman Mbah Moen, lanjut Kiai Said, diiringi kepiawaiannya menciptakan santri-santri yang alim pula melalui pesantrennya, yakni Al-Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
“Alumninya sekarang kita liat di seluruh penjuru Indonesia ini menjadi ulama menjadi murabbi, menjadi masyayikh, asatidz di seluruh Indonesia. Sering saya jumpa di Sumatera, di Sumatera Selatan, di Lampung: rais syuriyah atau katib alumni Sarang. Yakin (alumninya) alim. Pokoknya nglotok fikihnya,” terangnya.
Bukti nyata kepiawaian Mbah Moen dalam mencetak orang alim adalah putra-putranya. Kiai Said mengakui kealiman seluruh putra Mbah Moen.
“Putra-putra Mbah Moen alim semua, mulai Gus Najih, Gus Najib, Gus Wafi, Gus Ghofur, Gus Rouf, dan yang lainnya,” katanya.
Menurut Kiai Said, saat ini terbilang jarang ulama yang alim mampu menjadikan anak-anaknya alim juga. Mbah Moen adalah salah satu kekecualian. (Abdullah Alawi)