Menilik Kisah Perjalanan Muassis NU ke Tanah Arab pada Pameran Komite Hijaz
Ahad, 5 Februari 2023 | 12:45 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilik pameran foto dan dokumen Komite Hijaz di Hotel Shangri-la, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (5/2/2023). (Foto: NU Online)
Surabaya, NU Online
Menjelang puncak Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama pada Ahad (5/2/2023), sejumlah rangkaian agenda di beragam lokasi telah dilangsungkan, salah satunya Pameran Foto dan Dokumen Komite Hijaz.
Pameran Foto dan Dokumen Komite Hijaz digelar selama dua hari yakni 5-6 Februari 2023 berlokasi di Hotel Shangri-la, Surabaya, Jawa Timur.
Rekaman kisah perjalan Komite Hijaz ke tanah Arab Saudi itu dipamerkan di Ballroom Hotel Shangri-la. Terdapat sedikitnya 40 gabungan foto dan manuskrip sejarah perjalanan Komite Hijaz, lengkap dengan keterangan yang disematkan di tiap-tiap foto dan dokumen.
Komite Hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan yang diketuai oleh KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu penggagas NU. Panitia ini bertugas menemui raja Ibnu Saud di Tanah Hijaz untuk menyampaikan beberapa permohonan.
Komite Hijaz bersepakat menyusun mandat dan materi pokok yang disampaikan langsung kepada penguasa Arab Saudi, Raja Ibnu Sa’ud dalam forum Muktamar Dunia Islam. Risalah yang dibawa Komite Hijaz terdiri dari lima poin yang berasal dari pokok pikiran para ulama NU.
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), KH Jadul Maula, menjelaskan penyelenggaraan pameran Komite Hijaz yang mengambil momentum peringatan 1 abad NU merupakan upaya progresif untuk menghidupkan kembali ingatan mengenai kisah Komite Hijaz sebagai cikal-bakal penggagasan NU.
Besar ia berharap, nantinya pameran serupa dapat berlanjut dan diselenggarakan di beberapa kota lain, dengan tujuan dapat menanamkan cita-cita peradaban pada warga NU atau Nahdliyin.
Membuka Pameran Komite Hijaz, Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf menyatakan, pentingnya penyelenggaraan pameran dokumen perjalanan muassis NU ke tanah Hijaz.
"Ini adalah upaya yang sangat penting sehingga kita punya bahan autentik apa yang terjadi di dalam momentum sejarah yang sangat penting," kata kiai yang karib disapa Gus Yahya itu.
Baginya, dokumen bersejarah Komite Hijaz tersebut lebih dari sekadar kumpulan manuskrip dan foto-foto semata. Kumpulan sejarah itu, kata dia, merefleksikan narasi perjuangan dan inisiatif ulama NU dalam mewujudkan kebebasan bermazhab.
"Kita membutuhkan suatu narasi tentang apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh para pendahulu kita, ketika beliau itu dengan berani membuat inisiatif Komite Hijaz untuk menemui penguasa Hijaz terdahulu," tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin, Leteh, Rembang, itu.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan