Jakarta, NU Online
Selasa pagi (4/9) menjelang siang, matahari di Desa Srikaton, Pringsewu, Lampung cukup terik. Akan tetapi niat ribuan warga untuk menyambut kedatangan
menteri pertanian Amran Sulaiman dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tak surut. Ada sejumlah masalah yang hendak dikeluhkan pada sang menteri dan Pimpinan PBNU.
“Ya [kami akan mengeluhkan] masalah pengairan, masalah pupuk, bibit sama alat lah,” kata Yanto, salah seorang warga Pringsewu yang hadir pada NU Online, Selasa (5/9).
Sejak pagi Yanto dan rekan-rekannya menunggu rombongan di bawah sebuah tenda besar yang disiapkan di tengah tanah lapang. Di kanan kiri tenda ini terdapat puluhan umbul-umbul bernuansa hijau ala NU. Di belakangnya ada spanduk bertuliskan “Tanam Jagung Serentak Se-Indonesia”; sebuah program kerja sama antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Kementerian Pertanian.
Di sisi kiri panggung, terdapat puluhan traktor yang berjejer rapih. Ada pula tumpukan pupuk, bibit dan barang lain yang akan dimanfaatkan keperluan para petani.
Setibanya rombongan di lokasi, Ketua PBNU Bidang Ekonomi Umar Syah HS yang sekaligus menjadi penaggung jawab kerja sama ini mengatakan, timya telah menginventarisir persoalan tersebut dan telah menemukan jalan keluar, mulai masalah pemberian bantuan pembibitan hingga skema penjualan.
“Tujuan utama kerja sama ini adalah mengurangi masalah pertanian mulai dari hulu seperti bibit, pupuk dan alat, hingga hilirnya seperti penjualan setelah panen. Kami berharap ini dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi petani kita di Lampung khususnya dan Indonesia pada umumnya,” terang Umar Syah.
Berdasarkan kerja sama ini kata Umar Syah, Kementan telah memulai gerakan tanam jagung serentak di atas lahan 73 ribu hektar di seluruh Indonesia yang mencakup Provinsi Lampung, Bengkulu, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur.
PBNU, lanjut Umar Syah juga telah menyiapkan skema pinjaman ringan agar petani dapat mengakses bantuan permodalan dengan mudah dan murah. PBNU dalam hal ini menggandeng BRI dan BNI untuk membantu petani dengan menyalurkan KUR untuk kebutuhan proses pertanian.
Menteri Pertanian Andi Amran dalam pidatonya mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan, tanam perdana jagung ini merupakan realisasi dari kerjasama dengan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di tahun 2018 dengan target total 100 ribu hektar.
Kerjasama dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi jagung nasional, sehingga akan berdampak langsung pada perekonomian umat dan pada saat yang bersamaan, mengingkatkan ekspor jagung ke manca negara.
“Hal tersebut sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mengentaskan kemiskinan," ungkap Amran.
Produksi jagung di Provinsi Lampung sendiri dalam skala nasional menyumbang 8,6 persen. “Luas panen jagung di Lampung mencapai 486.313 hektare dengan produktivitas 5,3 ton per hektar. Jika di total produksi jagung di provinsi ini bisa mencapai 2,58 juta ton,” jelas Amran.
Produksi jagung pada 2018 ditargetkan bisa tembus 30 juta ton atau naik 7,34 persen dari 2017. Amran optimistis target tersebut bisa dicapai karena luas panen jagung tahun 2018 ini mencapai 5,73 juta hektar.
Untuk mendorong produksi pertanian ini, dalam kerjasama dengan PBNU, Kementan memberikan bantuan berupa benih jagung untuk Kabupaten Pringsewu sebanyak 45 ton yang diperuntukkan bagi lahan seluas 3.000 hektar yang nilainya mencapai Rp1,9 miliar, di samping bantuan lain berupa padi gogo untuk seribu hektar, sepuluh unit traktor dua roda, sepuluh unit pompa air, dan lima unit cultivator.
Kerja sama tanam jagung ini merupakan pilot project antara PBNU dan Kementan, yang jika berhasil diharapkan akan merembet pada sektor pangan lain. “Ke depan, kerjasama Kementan dengan PBNU tidak hanya budidaya jagung, tetapi juga pada budidaya padi dan kedelai. Dengan begitu, swasembada padi, jagung dan kedelai bisa diwujudkan,” terang Umar Syah.
Jika dilihat dari produksi jagung empat tahun terakhir, tercatat peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data BPS, produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton pada 2014, kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 19,6 juta ton. Tahun 2016, produksi jagung masih menunjukkan tren peningkatan tajam dengan capaian produksi 23,6 juta ton, dan puncaknya pada tahun 2017 produksi jagung sudah mencapai 28,94 juta ton.
“Produksi jagung tahun 2017, meningkat hingga 22,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Sejak saat itu, Indonesia tidak mengimpor jagung, bahkan telah berhasil melakukan ekspor ke berbagai negara,” terang Amran.
Amran juga menegaskan bahwa capaian produksi jagung saat ini sudah dapat membalikkan keadaan, dari yang sebelumnya pada tahun 2015, Indonesia melakukan impor 3,5 juta ton jagung, lalu di 2016 impor ditekan 62 persen, dan 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak.
“Tahun ini, Indonesia sudah membalikkan keadaan dengan ekspor jagung ratusan ribu ton. Kita targetkan bisa tembus ekspor jagung hingga 5 ratus ribu ton hingga akhir tahun,” jelas Amran.
Acara ini selain dihadiri oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Ketua PBNU Bidang Ekonomi Umar Syah HS, juga dihadiri Rais Syuriyah PWNU Lampung KH Muksin Abdillah, Bupati Pringsewu Sujadi Saddat, Wakil Gubernur Chusnuniah Chalim, Asisten Teritorial Angkatan Darat Mayjen TNI Supartodi dan Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar. (Ahmad Rozali)