Model Pembelajaran di Pesantren Perlu Inovasi Berbasis Teknologi
Selasa, 3 Desember 2019 | 09:00 WIB
Kegiatan pelatihan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran berbasis Schoology bagi guru di Pondok Pesantren Fatimiyah bagaimana guru dapat memiliki kecakapan di era revolusi industri 4.0. (Foto: istimewa)
Pendidikan pesantren yang genuine khas Nusantara, tanpa menghilangkan identitasnya perlu membuka diri dengan perkembangan zaman khususnya mengenai model pembelajaran. Hal ini dapat dimulai dengan pembinaan serta peningkatan kompetensi guru.
Pondok Pesantren Fatimiyah, Jatinangor, Bekasi, Jawa Tengah di bawah asuhan KH Mulyadi Efendi salah satu pondok pesantren yang peka terhadap respon akan tantangan pendidikan khususnya bagi kalangan milenial.
Dalam merespon hal tersebut diadakan kegiatan pemanfaatan Information and Communications Technology (ICT) dalam pembelajaran berbasis Schoology dimana kegiatan ini mendapat sambutan yang antusias dari para peserta.
Peserta Pelatihan ini terdiri dari 20 orang yang merupakan guru-guru di pondok pesantren baik yang senior maupun dalam masa pengabdian.
Dewi Anggraeni selaku instruktur dalam pelatihan tersebut mengutarakan, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran berbasis Schoology bagi guru di Pondok Pesantren Fatimiyah bagaimana guru dapat memiliki kecakapan di era revolusi industri 4.0.
Menurutnya, guru tidak hanya sebatas memiliki kompetensi pedagogis, profesional, dan sosial tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan zaman maka pelatihan ini bertujuan untuk membekali pengetahuan dan keterampilan bagi para guru terkait pemanfaatan ICT sebagai media dan sumber pembelajaran.
“Sehingga menghasilkan berbagai model pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan pendidikan nasional,” jelas Dewi kepada NU Online, Selasa (3/12).
Dalam kegiatan tersebut, salah seorang peserta mengungkapkan bahwa pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran bagi guru-guru di pondok pesantren mendapatkan respon positif, dimana para peserta setuju dengan kegiatan pelatihan ini dilakukan.
Peserta lain menuturkan bahwa kegiatan ini bermanfaat sekali khususnya dalam materi yang diberikan karena memberikan pencerahan bagi para guru agar lebih inovatif dan kreatif lagi dalam mengajar agar tidak monoton dan mulai mencoba sistem pembelajaran berbasis online.
Dewi menjabarkan, karakter guru di abad 21 dituntut untuk: pertama, meliliki jiwa semangat belajar yang tinggi. Dimana peran manusia mengalami disrupsi dengan banyaknya peran manusia yang digantikan oleh mesin-mesin.
Sehingga diperlukan semangat belajar yang tinggi guna memperoleh pengetahuan, tata nilai, kondisi sosial dan psikologis masyarakat yang terus berubah sehingga mampu bertahan dengan tantangan global yang ada.
Kedua, guru harus mampu mengembangkan media pembelajaran yang efektif. Hal ini sangat diperlukan dimana guru sebagai komunikator harus mampu menyampaikan sesuatu dengan efektif dan efisien kepada peserta didiknya, proses transfer knowledge memerlukan media pembelajaran yang efektif serta tepat guna.
Ketiga, guru dituntut untuk menguasai teknologi pendidikan. Perangkat penting dalam pembelajaran mengacu kepada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi belajar hampir sepenuhnya memanfatkan dunia ICT.
Pewarta: Fathoni Ahmad