P2G Sorot Gaji Guru Honorer Jika Sekolah Libur Selama Ramadhan
Selasa, 14 Januari 2025 | 19:30 WIB
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim. (Foto: instagram @satriwansalim)
Jakarta, NU Online
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyampaikan bahwa saat ini guru-guru khawatir akan wacana libur satu bulan penuh selama Ramadhan, karena akan berdampak pada honor atau gaji yang mereka dapatkan.
“Guru-guru honorer, guru-guru di sekolah swasta dan madrasah swasta, mereka khawatir kalau diliburkan, itu akan berdampak terhadap penghasilannya,” ujar Satriwan kepada NU Online, Senin (13/1/2025).
Ia menyampaikan bahwa guru honorer diberi upah sesuai dengan jam ajar di kelas, jika anak sekolah diliburkan maka berdampak pada penghasilan bulanannya.
“Penghasilan guru-guru khususnya honorer itukan dihitung jumlah jam mereka masuk, berapa hari mereka masuk, berapa hari mereka mengajar,” kata Satriwan.
“Sedangkan ketika kebijakan ini direalisasikan, anak-anak kan tidak masuk dan tidak belajar, tentu ini akan berdampak negatif terhadap pengurangan pendapatan mereka (guru), yayasan-yayasan dan sekolah swasta juga tidak akan memberikan gaji secara penuh,” tambahnya.
Ia menyoroti bahwa selama bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri kebutuhan masyarakat meningkat, sedangkan penghasilan guru menurun bahkan tidak ada pemasukan.
“Di sisi lain, Idul Fitri kan kebutuhan masyarakat meningkat, inikan sangat ironi, guru-guru pendapatannya berkurang di sisi lain kebutuhannya bertambah itu yang dikhawatirkan guru-guru sekolah swasta,” ucapnya.
Satriwan mengatakan pihak Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) saat ini belum mendiskusikan perihal honor atau gaji guru jika wacana libur satu bulan penuh selama Ramadhan terjadi.
“Saya berdialog dengan Wakil Menteri Pendidikan Dasar Menengah (Wamen Dikdasmen) Atip Latipulhayat mengenai kecemasan guru honorer dan swasta yang tidak digaji kalau libur, responnya ‘wah kita belum sampai sana’,” katanya.
Ia menegaskan pemerintah harus bertanggung jawab akan pendapatan para guru berkurang bahkan tidak ada jika wacana libur satu bulan penuh tetap dilaksanakan.
“Kami (guru) meminta jaminan kesejahteraan kepada pemerintah bahkan ke presiden bahwa guru-guru honorer itu harus tetap mendapatkan upah, karena sekolah swasta dan yayasan tidak akan mampu memberikan upah secara penuh,” ujar Satriwa.
Guru SMA Labschool Jakarta itu menyampaikan bahwa pemerintah perlu melihat kembali di zaman Covid-19, orang tua enggan membayar penuh iuran sekolah anaknya karena dianggap tidak belajar.
Ia menambahkan bahwa upah guru madrasah dan sekolah swasta termasuk honorer mendapatkan gaji di bawah satu juta. Kalau wacana ini dilakukan, maka guru-guru tersebut justru menjadi korbannya.
“Gaji gurunya juga tidak seberapa guru madrasah, guru sekolah swasta itu ya di bawah 1 juta, 600 ribu, 500 ribu,” kata Satriwan.
“Bayangkan mereka yang menjadi korban. Nah dimana pesan Ramadhannya? Dimana nilai Ramadhannya? Nah pemerintah harus meng-cover upah guru itu,” tambahnya.