Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengharapkan para santri di pesantren yang di dalam kamar diisi oleh puluhan orang, dapat menjaga keseimbangan gizi agar imunitas tubuhnya kuat.
"Kemudian juga harus tetap melakukan olahraga yang cukup agar santri dapat menghadapi pandemi Covid-19 ini dengan baik," katanya dalam Seminar Online Gizi Seimbang untuk Meningkatkan Imunitas di Masa Pandemi Covid-19 bagi Santri, Rabu (11/10).
"Alhamdulillah kalau kita melihat perkembangan dari beberapa pesantren yang santri-santrinya terkena Covid-19, rata-rata setelah dinyatakan selesai mereka baik-baik saja. Saya belum mendengar ada santri yang meninggal akibat Covid-19 di pesantren mana pun," tambahnya.
Namun justru, kata Helmy, yang wafat karena Covid-19 adalah para pengasuh pesantren seperti kiai dan nyai yang sudah sepuh. Oleh karena itu, ia menyarankan kepada para santri untuk tidak dulu sowan kepada para kiai dan nyai.
"Kalau pun sowan hendaknya tidak cium tangan terlebih dulu untuk menghindari terjadinya penularan," kata Helmy.
Dalam pemaparannya, ia mengutip ungkapan Ibnu Sina yang dijadikan sebagai tips untuk menghadapi wabah seperti Covid-19. Dikatakan oleh Ibnu Sina bahwa kepanikan merupakan separuh penyakit, ketenangan merupakan separuh obat, dan kesabaran adalah awal menuju kesembuhan.
"Maka dalam situasi hari ini, kita tidak panik tapi juga tidak menyepelekan. Kita harus tetap tenang untuk bisa kembali melakukan penyembuhan-penyembuhan dan sekaligus bisa lolos dari pandemi Covid-19 ini," tuturnya.
Hak dasar anak
Sementara itu, Psikolog Anak Seto Mulyadi atau Kak Seto menyatakan bahwa anak memiliki empat hak dasar yaitu hak hidup, hak tumbuh-berkembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi.
"Hak hidup berarti kita harus jamin mereka untuk terus bisa hidup sehat. Hak tumbuh-kembang berarti agar mereka bisa bertumbuh dan berkembang dengan lebih sehat secara fisik maupun psikologisnya," ujarnya.
Anak-anak harus terus bisa bergembira dalam berbagai aktivitasnya agar dapat mengetahui dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, sehingga tercapai titik optimal atau tergapai cita-cita yang cerah di masa depan.
Kemudian perlindungan harus dijamin untuk anak-anak. Orang tua harus bisa menjamin anak agar bisa terlindung dari berbagai kekerasan serta perlindungan dari segala macam penyakit atau kerentanan terhadap penyakit.
"Lalu hak partisipasi adalah anak-anak harus terlibat dalam berbagai keputusan untuk menyangkut masa depan mereka," jelas pria yang menempuh jenjang sarjana hingga doktor di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Dalam konteks menghadapi pandemi Covid-19 ini, ia menitik-tekankan pada terwujudnya hak tumbuh dan berkembang agar dapat terjamin kesehatannya. Salah satu yang harus diperhatikan adalah asupan gizi yang baik.
"Asupan gizi baik dan seimbang itu untuk dapat meningkatkan imunitas anak-anak, termasuk santri, untuk bisa hidup sehat dan bisa terus menjadi manusia hebat di masa mendatang," katanya.
Secara pribadi, ia memotivasi audiens yang hadir secara virtual bahwa di usia yang hampir 70 tahun masih kuat melakukan aktivitas berat. Di antaranya olahraga push up sebanyak 80 kali dan joging setiap pagi.
"Karena salah satu persyaratannya adalah gizi yang tepat. Tentu juga harus diperhatikan olahraga, istirahat, dan berbagai kegiatan yang lain. Khususnya bagi santri agar bisa hidup sehat dan kuat dalam menghadapi Covid-19," ungkapnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan