Bandung, NU Online
Tiga tahun berturut-turut, sejak 2015 ribuan santri mengikuti turnamen sepak bola pada ajang Liga Santri Nusantara yang digelar Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlaltul Ulama (RMINU) bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Bahkan tahun ini, santri yang mengikuti turnamen itu diperkirakan 22 ribu santri dari 1048 pesantren di seluruh Indonesia.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku percaya sepenuhnya kepada para kiai akan bisa mengatur para santri kapan mereka harus mengaji dan sepak bola. Para kiai telah berpengalaman mengatur ribuan santri. Dan titah kiai akan selalu dipatuhi para santri.
“Saya yakin, saya yakin, kiai akan mengatur itu, kiai bisa mengatur itu, kapan waktunya ngaji, shalat, kapan waktunya tahajud, istighotsah, kapan waktunya sepak bola,” katanya selepas menonton Grand Final Liga Santri Nusantara tahun lalu dari awal hingga usai di stdion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta antara kesebelasan Walisongon dan Nur Iman.
Liga Santri Nusantara, lanjut kiai yang pernah nyantri di Kempek, Lirboyo, dan Krapyak ini, tidak lain untuk menggali bakat para santri. Ia meyakini jutaan santri di Indonesia adalah sumber bakat terpendam dalam berbagai hal, termasuk olahraga. Namun sampai saat ini masih sebatas potensi, belum menjadi prestasi.
“Santri-santri kita ini punya potensi, tapi belum dimenej dan dikembangkan. Sehingga potensi belum menjadi prestasi,” ungkap pengasuh pondok pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Dengan adanya Liga Santri Nusantara, ia berharap akan bermunculan sepak bola di Timnas Indonesia yang berprestasi dari kalangan pesantren. Hal itu akan mengangkat nama pemainnya, pesantrennya sendiri dan NU.
Ia menyebutkan, dalam sepak bola memiliki sisi positif yang bisa dikembangkan, yang selama ini menjadi sikap para santri.
“Di dalam sepak bola ada sifat yang positif, yaitu tidak boleh memiliki sikap egois. Ada kerja sama, dengan memberikan bola kepada temannya, terbangun jaringan yang sangat solid, membangun teamworking yang sehat untuk kemenangan bersama,” jelasnya. (Abdullah Alawi)