Nasional

Penulis Buku ‘Menjerat Gus Dur’ Sebut Ada Kekuatan Orde Baru di Pelengseran Gus Dur

Jumat, 18 Desember 2020 | 00:00 WIB

Penulis Buku ‘Menjerat Gus Dur’ Sebut Ada Kekuatan Orde Baru di Pelengseran Gus Dur

Bedah buku 'Menjerat Gus Dur' oleh PC GP Ansor Kota Tegal, Jawa Tengah (Foto: NU Online/Wasdiun)

Tegal, NU Online  
Lengsernya kekuasaan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden ke-4 RI ternyata akibat jeratan kekuatan Orde Baru. Para penjerat bermain kejam dengan menggunakan hoaks Bulog Gate dan Brunei Gate yang hingga sekarang tidak terbukti. 

 

"Dari dokumen-dokumen yang saya temukan, pelaku utama adalah kekuatan Orde Baru yang terbukti telah menjerat Gus Dur," ungkap Virdika Penulis buku ‘Menjerat Gus Dur’ saat membedah buku tersebut di Gedung NU Kota Tegal, Rabu (16/12) malam. 

 

Menurutnya, dalam teori politik, suatu kekuasaan otoriter yang telah tumbang saat itu dan diganti oleh Gus Dur yang menjalankan kekuasaan demokratis dalam perjalanannya menyisakan residu-residu rezim lama. 

 

"Nah, kemudian mereka ingin kembali berkuasa dengan cara menjerat Gus Dur," tandasnya.

 

Bedah buku yang dipandu Gus Firman Hadi digelar PC GP Ansor Kota Tegal dengan menghadirkan penulisnya langsung, Virdika Rizky Utama. Sebagai pembanding Edy Budiarso yang juga penulis buku ‘Melawan Skenario Makar: Tragedi 8 Perwira Menengah Polri di Balik Kejatuhan Gus Dur’.

 

Proses penulisan buku tersebut pun cukup panjang, berawal dari ketidaksengajaan Virdika Rizky Utama menemukan dokumen yang ternyata bersifat rahasia saat menjalani liputan. Penemuan tersebut ditindaklanjuti Virdika dengan melakukan validasi dan riset. Risiko menghampiri Virdika, ketika suatu ketika ada beberapa orang mendatangi rumahnya untuk menanyakan dokumen tersebut. 

 

Kepada peserta Bedah Buku yang hadir, Virdika menyampaikan menulis buku ‘Menjerat Gus Dur’ sebagai bentuk tanggung jawab intelektual, sosial, dan moral sebagai Sarjana Jurusan Sejarah. Dirinya ingin menelusuri sejarah pelengseran Gus Dur, bukan karena kedekatan emosional dengan NU, namun sebagai upaya pelurusan sejarah pelengseran Gus Dur. 

 

“Dari penelusuran sejarah ini, yang paling penting saya pikir adalah pewarisan ingatan,” kata Virdi yang selain merupakan seorang jurnalis juga peneliti. 

 

Edy Budiarso mengatakan, telah berdiskusi dengan Virdika dua tahun lalu saat Virdika memegang naskah terkait intrik yang menjerat Gus Dur. Edy ketika itu berpesan agar dokumen tersebut disimpan dan diamankan. 

 

“Saya dekat sekali dengan peristiwa ini. 2001 saya masih menjadi wartawan Tempo. Nama-nama itu cukup familiar, pernah menjadi narasumber saya,” tutur Edy.

 

Ketua PC GP Ansor Kota Tegal Sarwo Edi kepada NU Online, Kamis (17/12) mengatakan, Bedah Buku ini  diselenggarakan sebagai rangkaian acara Haul Gus Dur di Bulan Gus Dur Desember ini. PC GP Ansor Kota Tegal menyiapkan agenda selanjutnya yang akan digelar 26 Desember nanti Pagelaran Wayang Kebangsaan dengan Lakon SANTRI SUCI oleh dalang Ki Sengkek dari Tegal. 

 

“Semoga apa yang diterangkan bisa memperdalam wawasan berkaitan situasi di zaman Gus Dur,” ungkap Sarwo.

 

Ketua PCNU Kota Tegal Abdal Hakim Tohari menyampaikan apresiasi kepada PC GP Ansor Kota Tegal yang tetap bisa mengeluarkan terobosan di tengah pandemi dengan menggelar Bedah Buku, serta secara konsisten mengagendakan Haul Gus Dur. 

 

“Haul untuk mendoakan almarhum dan mengambil keteladanan, dalam hal ini Gus Dur sebagai Presiden,” jelas Abdal Hakim. 

 

Abdal Hakim mengemukakan, banyak sisi lain dari Gus Dur yang dapat dikaji dan tidak akan ada habisnya. Gus Dur merupakan salah satu putra terbaik NU. “Semoga Bedah Buku ini bisa membuka cakrawala tentang Gus Dur dalam memimpin bangsa ini dan mempelajari nilai-nilai yang diwariskan,” ucapnya.

 

Panitia Bedah Buku yang juga Ketua LBH Ansor Bambang Irawan menyampaikan terima kasih kepada semua yang telah menghadiri Bedah Buku yang diharapkan membuka tabir sejarah terkait penjatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan. 

 

Pengungkapan fakta sejarah ini, menurut pria yang akrab disapa BI, bukan bagian dari untuk menyakiti siapapun dan bukan alasan untuk balas dendam. “Namun kita sebagai pengagum Gus Dur harus memahami sejarah ini. Karena ini sangat penting untuk dipelajari bahwa kemanusiaan itu di atas segalanya,” pungkasnya.

 

Hadir dalam bedah buku Ketua PCNU Kota Tegal Abdal Hakim Tohari, Sekretaris PCNU Kota Tegal Muslih Dahlan, Ketua Komisi II DPRD Kota Tegal Anshori Faqih, Sekretaris Pemuda Pancasila Kota Tegal Gus Firdaus Muhtadi, Ketua Majelis MuhammadiNU Lutfi AN, Ketua Lakpesdam NU Kabupaten Tegal Syamsul Falah, PP Rijalul Ansor Gus Faqih.

 

Kemudian Badan Otonom NU Kota Tegal, Pemuda Katolik, serta tokoh dan berbagai kalangan yang mengagumi Gus Dur lainnya. 

 

Buku ‘Menjerat Gus Dur’ yang ditulis setebal 376 halaman terbilang merupakan buku yang cukup berani, karena mengungkap rencana penggulingan Gus Dur, termasuk dugaan keterlibatan elit-elit politik Jakarta dalam rencana tersebut. 

 

Kontributor: Wasdiun
Editor: Abdul Muiz