Jakarta, NU Online
Dalam Rapat Pleno PBNU yang berlangsung di gedung PBNU Sabtu (22/9) siang, Sekretaris Jendral PBNU H Helmy Faisal Zaini mengajak para kiai agar lebih aktif berdakwah dengan memanfaatkan media sosial.
Menurutnya, aktivitas ini dapat menjangkau umat Islam tak hanya di lingkungan pesantren, namun juga umat yang lebih luas yang saat ini menggunakan gawai untuk mengakses keilmuan termasuk ilmu agama.
"Dari datanya, banyak sekali umat Islam yang pakai gadget untuk belajar Islam. Makanya kami di PBNU juga terus mengembangkan model dakwah di media sosial, karena itu eranya sekarang. Kami juga mengembangkan NU Online, 164 Channel dan banyak paltform lain," katanya di Gedung PBNU, Jakarta.
Di depan para kiai ia menjelaskan luasnya keterjangakauan dakwah yang disebarluaskan menggunakan media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan youtube.
Waspadai kampanye hitam jelang momen politik
Ajakan untuk menggunakan platform media sosial untuk media dakwah juga datang dari Ketua International Conference for Religious and Peace (ICRP) Prof Musdah Mulia, MA. Menurutnya, di era kecanggihan informasi teknologi (IT) dakwah santun harus lebih sering dimunculkan ke publik, terutama menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
Kampanye semacam itu dibutuhkan di tengah terancamnya kesantunan dan keguyuban di tengah masyarakat oleh iklim politik tanah air dengan saling serang, saling fitnah, dan saling sebar hoaks melalui media sosial.
“Masyarakat harus lebih dewasa menyikapi proses demokrasi lima tahunan yaitu Pemilu dan Pilpres. Berbeda pilihan itu dalam alam demokrasi itu adalah hal biasa dan semua harus sadar bahwa Pemilu dan Pilpres adalah proses pemilihan pemimpin bangsa yang harus berjalan aman. Jangan sampai Pemilu dan Pilpres justru membuat bangsa ini terpecah belah dan bermusuhan, apalagi merusak hubungan silaturahmi dan persaudaraan yang selama ini berjalan indah dan harmonis,” kata Prof. Dr. Hj. Musdah Mulia, MA, Ketua International Conference for Religious and Peace (ICRP) di Jakarta.
Apalagi menurutnya, akan sangat disayangkan jika hanya karena Pemilu lima tahunan, hubungan silaturahmi yang mendarah daging terputus. Musdah juga mengingatkan bahwa momentum gaduh jelang Pilpres ini memiliki potensi untuk dimanfaatkan kelompok jahat termasuk kelompok radikal terorisme.
“Kita harus menyadari bahwa semua anak bangsa bertanggung jawab untuk menjaga negeri ini dari berbagai persoalan. Jangan sampai hanya karena kepentingan satu kelompok kita bisa bercerai berai,” tutur Musdah. (Ahmad Rozali)