Nasional

Perjuangan Gus Dur Dinilai Layak Difilmkan sebagai Inspirasi Bangsa

Ahad, 21 Desember 2025 | 16:31 WIB

Perjuangan Gus Dur Dinilai Layak Difilmkan sebagai Inspirasi Bangsa

Ilustrasi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Foto: Gusdurian.net)

Jakarta, NU Online
Sejumlah tokoh menilai sosok presiden keempat Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, layak diabadikan dalam karya film sebagai upaya mengenang sekaligus merawat nilai-nilai toleransi, kebudayaan, dan kemanusiaan yang diwariskannya.


Pendakwah milenial Habib Husein Ja’far Al Hadar menyampaikan bahwa kontribusi Gus Dur dalam berbagai bidang kehidupan sangat besar, termasuk kesenian dan kebudayaan. Karena itu, sudah sepatutnya dunia seni turut memberikan penghormatan melalui karya film.


“Memang sudah seharusnya Gus Dur itu mengurusi segala hal. Tadi Prof. Mahfud berbicara tentang kontribusi Gus Dur dalam kesenian, kemudian Pak Kirun bercerita tentang kontribusi Gus Dur dalam kebudayaan,” ujar Habib Jafar setelah menghadiri Haul Gus Dur Ke-16 di Pesantren Ciganjur, Jakarta, Sabtu (20/12/2025) malam.


Ia mencontohkan bagaimana peran Gus Dur dalam mempopulerkan nilai-nilai keislaman yang inklusif melalui budaya. 


“Bahkan Shalawat Badar saja itu Gus Dur yang kemudian mempopulerkan dengan perkenalan bahwa itu dikarang oleh kiai dari Jember tetangga saya di Bondowoso,” katanya.


Menurut Habib Jafar, besarnya kontribusi Gus Dur dalam kesenian, komedi, dan kebudayaan patut dibalas, meski tidak akan pernah sebanding.


“Gus Dur itu berkontribusi besar dalam kesenian, dalam komedi, dan karena itu sudah seharusnya kesenian itu juga memberikan kontribusi bagi Gus Dur walaupun tidak bisa menyamai apa yang Gus Dur kontribusikan kepada kesenian dan kebudayaan, tapi sudah sepatutnya salah satunya film itu membalas walaupun tidak bisa setara apa yang diberikan Gus Dur dengan memfilmkan Gus Dur,” ujarnya.


Habib Jafar juga memaknai haul Gus Dur sebagai upaya melahirkan kembali nilai-nilai Gus Dur di tengah generasi muda.


“Haul ini adalah upaya untuk melahirkan Gus Dur-Gus Dur kembali dari gen Z, dari generasi milenial, dari generasi-generasi selanjutnya,” katanya.


Ia menambahkan, nilai tersebut penting agar masyarakat tidak terjebak kepentingan sempit dan tetap terbuka pada perbedaan.


Terkait penobatan Gus Dur sebagai pahlawan nasional, Habib Jafar menilai bahwa pengakuan negara sejatinya hanya mengukuhkan apa yang telah lama hidup di masyarakat.


“Ya, Gus Dur itu sudah sejak awal kewafatannya menjadi pahlawan di hati orang Indonesia, bahkan di hati umat manusia,” ujarnya.


Ia menegaskan, masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan suku telah lebih dahulu mempahlawankan Gus Dur.


“Valid kepahlawanan Gus Dur itu, negara hanya menstempelnya saja, karena beliau secara demokratis telah dipilih sebagai pahlawan oleh masyarakat Indonesia,” katanya.


Pandangan serupa disampaikan kiai karismatik asal Pati, Jawa Tengah, KH Muadz Thohir. Ia menggambarkan Gus Dur sebagai sosok yang sederhana dan tidak pernah menempatkan materi sebagai orientasi hidupnya.


“Gus Dur itu sosok orang yang menyenangkan. Enggak pernah ada perasaan. Beliau nggak pernah melihat uang sama sekali,” ujar Kiai Muadz.


Ia menegaskan bahwa sikap Gus Dur tersebut bukan karena keterbatasan, melainkan pilihan hidup.


“Saya tahu persis. Bukan karena tidak. Bukan karena mau ambil. Bukan karena buta. Tapi memang nggak pernah memilih uang,” katanya.


Terkait penobatan Gus Dur sebagai pahlawan nasional, Kiai Muadz berpendapat bahwa Gus Dur justru tidak menyukai gelar-gelar formal semacam itu.


“Beliau enggak suka. Enggak suka. Saya yakin enggak suka,” ujarnya.


Menurutnya, Gus Dur lebih memilih menjadi pembina dan pengayom rakyat ketimbang mengejar simbol-simbol kehormatan.


Kiai Muadz menilai upaya mengenang Gus Dur melalui karya lain, termasuk film, merupakan hal yang positif.


“Ya tidak apa-apa, supaya mengenal Gus Dur. Bagus, kalau mau malah bagus,” katanya.


Ia menekankan bahwa pengenalan terhadap sisi spiritual dan laku tirakat Gus Dur penting untuk dipahami generasi sekarang.


“Sifat-sifat kukuh, bagaimana kukuh, sampai riyadhah atau tirakat ke orang Jawa itu luar biasa. Saya pernah menikmati di riyadhah,” ujarnya.