Perkuat Solidaritas Sosial, Standardisasi Kurikulum Majelis Taklim Diluncurkan
Selasa, 1 Oktober 2024 | 23:41 WIB
Para peserta sosialisasi kurikulum Majelis Taklim berpose bersama usai peluncuran standardisasi kurikulum MT di Jakarta. (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta, NU Online
Kelompok Kerja (Pokja) Majelis Taklim Kementerian Agama RI hadir dalam peluncuran Standardisasi dan Sosialisasi Kurikulum Majelis Taklim MUI yang diselenggarakan oleh Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia di Gedung Wisma Mandiri Jakarta, Senin (30/09/2024).
Perwakilan Pengurus Pokja Majelis Taklim Bidang Kurikulum Kemenag, Hj Munawiroh Asrori mengatakan bahwa Kurikulum Majelis Taklim sangat penting, setidaknya dalam tiga hal.
“Pertama, meningkatkan pemahaman agama. Kedua, memperdalam pengetahuan spiritual. Ketiga, membangun karakter dan akhlak yang baik di kalangan jamaah,” kata Munawiroh kepada NU Online, Selasa (1/10/2024).
Selain itu, kurikulum ini dirancang untuk memperkuat solidaritas sosial dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan keagamaan.
Pada kesempatan itu, hadir Sekretaris Umum Pokja Majelis Taklim Kemenag Hj Lubenah yang juga salah satu pejabat fungsional pada Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kemenag RI.
Munawiroh mengatakan bahwa terkait kurikulum majelis taklim ini bukan hal yang baru. Sebab, sebelumnya telah ada kurikulum-kurikulum yang diterbitkan oleh kementerian dan lembaga-lembaga majelis taklim.
“Untuk Kementerian Agama pada 2023 telah menerbitkan silabus Kajian Keislaman Majelis Taklim. Silabus ini memiliki tema kajian terkait dengan penguatan Moderasi Beragama,” ujarnya.
Munawiroh mengatakan bahwa moderasi beragama yang hingga saat ini menjadi program prioritas Kemenag merupakan kunci penting dalam meminimalisasi adanya tindak radikal dan ekstremisme dalam beragama di Indonesia.
Saat ini, MUI sedang gencar menyosialisasikan kurikulum yang berbasis pada fatwa-fatwa ormas para ulama ini. Betapa luar biasa jika Fatwa MUI dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum majelis taklim.
“Hal ini tidak hanya akan memperkaya pemahaman para ustadz/ustadzah tentang ajaran agama, tetapi juga memberikan panduan yang jelas dan relevan dalam menghadapi tantangan zaman,” tandasnya.
“Dengan adanya penjelasan yang komprehensif mengenai fatwa-fatwa tersebut, diharapkan generasi mendatang dapat memiliki perspektif yang lebih baik dan peka terhadap isu-isu yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,” sambung peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini.
Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat yang hijrah ke BRIN itu berharap, melalui sosialisasi kurikulum majelis taklim ini dapat menambah referensi bagi para ustadz/ustadzah dalam penyusunan materi ajar pada kelompok majelis taklim binaannya.
Dalam kegiatan tersebut juga hadir sejumlah narasumber yang membahas tentang beberapa isu. Antara lain keuangan Syariah, konsep wasathiyah Islam, metode dakwah, wakaf uang, dan zakat sosial. Hadir juga puluhan perwakilan majelis taklim se-Jabodetabek.