Nasional

Perlu Tekad Kuat Ubah Fungsi Masjid Lebih Berdaya Sosial

Jumat, 22 November 2019 | 06:30 WIB

Perlu Tekad Kuat Ubah Fungsi Masjid Lebih Berdaya Sosial

Pengurus LD PCNU Cirebon Mamang Haerudin ketika hadir pada Pelatihan Takmir, Khatib, dan Dai di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Cirebon, NU Online
Jumlah masjid di Indonesia menurut data Dewan Masjid Indonesia (DMI) hampir mencapai 800 ribu unit. Tentu hal tersebut bukan jumlah yang sedikit. Namun, mayoritas di antaranya hanya menjadi tempat ibadah ritual saja. Padahal, masjid merupakan lembaga yang potensial untuk kemajuan sosial dan ekonomi.

Karenanya, Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) menggelar Pelatihan Takmir, Khatib, dan Dai Nasional di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/11) hingga Kamis (21/11).

Ditemui usai pelatihan rampung, Mamang Haerudin, salah satu peserta, mengaku kesulitan mengubah pola pikir masyarakat untuk menjadikan masjid sebagai lembaga pemberdayaan.

"Memang mengubah mindset DKM dan masyarakat untuk masjid fungsinya lebih memberdayakan ini memang tidak mudah," jelasnya pada Kamis (21/11) malam.

Menurutnya, butuh tekad kuat dengan upaya berkelanjutan untuk meyakinkan mereka dan menggerakkannya secara bersama. "Tapi asal kita terus yakin, terus berusaha, terus berdoa," katanya.

Pengurus Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LD PCNU) Kabupaten Cirebon itu menyampaikan bahwa para peserta juga harus terus mendapatkan pendampingan agar realisasi yang diharapkan dapat terwujud.

"Harus terus berkelanjutan harus didampingi bahkan sesuai dengan materi pemberdayaan masjid bahwa materi-materi ini harus dikonkretkan dalam program pemberdayaan yang nyata," tegas Mamang.

Hal itu demi mengembalikan fungsi masjid ke asalnya yang tidak hanya sekadar untuk ritual, tapi juga menjadi pusat peradaban dan pengembangan ekonomi sosial.
 
"Sehingga masjid akan dikembalikan fungsinya sebagai pusat peradaban Islam di daerahnya masing-masing. Bukan hanya ritual agama tapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, ekonomi," urai pria yang sudah menulis 9 judul buku ini.

Mamang mengapresiasi kegiatan yang sangat kontekstual dengan zaman dan tempatnya itu. Ia juga berharap agar kegiatan serupa bisa digelar di tempat-tempat yang rawan infiltrasi gerakan Islam radika guna menangkalnya selain juga untuk memperkuat ke-NU-an.

"Ini acara harus saya apresiasi mudah-mudahan juga bisa diselenggarakan di daerah-daerah yang rawan terhadap infiltrasi ideologi radikal karena tentu saja saya yakin ini adalah upaya dari LTM PBNU yang salah satunya adalah menangkal ideologi radikal yang terutama dalam memperkuat basis Nahdlatul Ulama di daerah-daerah," tandasnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad