Pesantren Minggir Sleman Kaji Sosok KH Hasyim Asy'ari sebagai Pemersatu Umat Islam Indonesia
Sabtu, 4 November 2023 | 13:00 WIB
Pesantren Minggir Sleman berkolaborasi dengan Pesantren Tebuireng Jombang menggelar forum kajian untuk membahas sosok KH Hasyim Asy'ari sebagai pemersatu umat Islam Indonesia, pada Sabtu (4/11/2023). (Foto: panitia acara)
Sleman, NU Online
Pesantren Minggir asuhan KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) berkolaborasi dengan Pesantren Tebuireng Jombang menggelar kajian bertajuk Mengenal Sosok Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Pemersatu Umat Islam Indonesia.
Kajian ini diselenggarakan di Pesantren Minggir, Sleman, DI Yogyakarta, pada Sabtu (4/11/2023) hari ini, mulai pukul 13.00 sampai pukul 16.00 WIB.
Kegiatan ini menghadirkan pimpinan kedua pesantren yakni Gus Muwafiq dan KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). Selain itu, hadir pula Sejarawan NU Aguk Irawan.
Acara ini mengkaji dan mengangkat sosok KH Hasyim Asy’ari baik dari aspek sejarah kehidupannya, karyanya, pergerakannya, maupun hal lain yang relevan.
Ketua Panitia Acara Nurul Fatchiati mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan untuk mengangkat kembali sosok KH Hasyim Asy’ari mengingat pentingnya nilai perjuangan Pendiri NU itu untuk Indonesia.
“Nilai-nilai perjuangan Hadratussyeikh (KH Hasyim Asy’ari) sangat relevan dan penting untuk diteladani masyarakat Indonesia di tengah-tengah di tengah-tengah situasi politik yang dihadapi saat ini,” tutur Nungki, begitu ia akrab disapa, dalam keterangan persnya, hari ini.
Ia melanjutkan, sosok KH Hasyim Asy’ari dalam perjuangannya telah berhasil melakukan konsolidasi umat Islam di Indonesia untuk melakukan perlawanan melawan penjajah Belanda dan Jepang pada masa pra-kemerdekaan.
“Nilai-nilai seperti ini perlu diingatkan kembali kepada masyarakat agar tetap mengutamakan persatuan dan kebangsaan di atas kepentingan pemilihan politik yang sesaat,” lanjutnya.
Sementara itu, kolaborator penyelenggara acara dari Swara NU Ahmad Rozali mengatakan, perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam mendirikan NU bersama ulama lain merupakan langkah yang sangat strategis dalam memperjuangkan agama, bangsa, dan kemanusiaan dalam satu waktu yang bersamaan.
“Kita bisa lihat hasilnya hingga saat ini, di mana Nahdlatul Ulama yang didirikan tahun 1926 silam masih relevan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia di Indonesia," kata Rozali.
"NU selalu menjadi partner obyektif pemerintah yang hadir untuk mendukung kebaikan pemerintah dan juga dapat mengingatkan kesalahan yang dilakukan pemerintah. Ini semua barokahnya Mbah Hasyim Asy’ari,” imbuhnya.
Ia menegaskan, perjuangan strategis dan pergerakan KH Hasyim Asy’ari yang dikenal luas merupakan gambaran dari kedalaman ilmu dan kebijaksanaan yang ada dalam dirinya.
"Itulah yang hendak digali kembali sehingga generasi mendatang dapat mengambil inspirasi perjuangan dari sosok KH Hasyim Asy’ari dalam forum ini," pungkasnya.