Pro-Kontra Guru dan Orang Tua Siswa soal Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan
Jumat, 10 Januari 2025 | 09:00 WIB
Pati, NU Online
Wacana libur sekolah Ramadhan, masih menuai pro-kontra di sejumlah kalangan, termasuk para guru dan orang tua siswa.
Guru di SMA Al-Qur'an Terpadu Al Hamidiyah Bulumanis Lor, Margoyoso, Pati, Iin Musannadah menyatakan, libur Ramadhan perlu dipertimbangkan kembali karena akan berdampak pada akademik dan spiritual siswa.
Ia menjelaskan, libur sekolah selama Ramadhan akan membantu siswa untuk fokus pada aspek spiritual atau ibadah.
Di sisi lain, dampak negatifnya, libur yang terlalu panjang akan menyebabkan jeda pembelajaran yang sangat lama sehingga memicu siswa kehilangan ritme belajar.
"Apalagi bagi peserta didik yang berada di kelas akhir dan harus menyiapkan berbagai ujian termasuk ujian masuk perguruan tinggi pasti memerlukan pendampingan guru lebih intens," jelasnya kepada NU Online, pada Selasa (7/1/2024).
Perempuan lulusan Magister Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menegaskan, libur sekolah selama Ramadhan juga memicu polemik baru, karena tidak semua siswa di Indonesia beragama Islam.
"Tidak semua peserta didik (juga) mampu memanfaatkan waktu libur dengan baik dan bijak," katanya.
Namun Iin menilai, wacana libur sekolah selama Ramadhan bisa berdampak positif apabila dirancang secara matang dan melalui mekanisme yang jelas.
"Tentunya dengan mempertimbangkan keberagaman kondisi serta ketersediaan sarana dan prasarana pada tiap sekolah," tuturya
Sementara itu, orang tua siswa dari Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Umar bin Khattab Juwana Pati, Umi Sakdiyah menyatakan setuju apabila anak-anak masuk sekolah atau tidak libur selama Ramadhan.
Memang bulan Ramadhan sangat kental dengan aspek spiritual umat Muslim yang akan berdampak positif bagi spiritual dan karakter anak. Namun ia khawatir anak-anak menjadi malas-malasan dan mengalami ketergantungan pada gadget.
"Kalau di sekolah itu masih mendapat pelajaran dan mungkin masih ngaji serta mendapatkan pengetahuan, tapi kalau di rumah ya begitu saja. Disuruh ngaji paling main gadget (dan) main-main," paparnya.
Umi menuturkan, libur sekolah selama Ramadhan bisa saja berpengaruh terhadap karakter dan aktivitas siswa tergantung orang tua siswa masing-masing.
Menurutnya, orang tua mempunyai kontrol agar anak-anak tetap menjalankan aktivitas yang positif saat libur selama Ramadhan.
Permasalahannya, kata Umi, tidak setiap orang tua punya waktu cukup untuk menemani hingga membimbing anak-anaknya. Hal ini terjadi karena para orang tua sibuk bekerja.
Libur selama Ramadhan bagi sebagian siswa mungkin akan dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan positif.
"Tapi tidak sepenuhnya (juga), tergantung keluarga," ujar perempuan alumni Perguruan Islam Matholi'il Falah Kajen Pati ini.
Ia juga menilai, penyesuaian jadwal yang dilakukan sekolah-sekolah saat Ramadhan selama ini sudah tepat. Apalagi pembelajaran saat Ramadhan biasanya disisipkan materi-materi keagamaan.
"(Sebagai contoh) tadarus Al Qur'an bersama, kajian-kajian keagamaan. Kalau pesantren kilat dengan menginap biasanya ada anak yang betah dan tidak. Buka bersama (juga) bagus," ungkapnya.
Di pihak lain, Guru MI Sultan Agung 03 Sukolilo, Pati, Mohammad Syamsul Arifin mengungkapkan bahwa ia setuju jika libur sekolah selama Ramadhan diterapkan.
Menurutnya, istilah yang tepat untuk libur sekolah saat Ramadhan adalah pemanfaatan kegiatan selama bulan puasa agar bermanfaat dan bermakna.
"Siswa dan guru mempersiapkan kegiatan untuk memperdalam ilmu-ilmu tentang fiqih, tafsir, tarikh dan lain-lain," ujarnya kepada NU Online, pada Kamis (9/1/2024).
Sebagai kegiatan pengganti untuk libur sekolah yang efektif di antaranya pesantren Ramadhan. Soal siswa non-Muslim, ia menegaskan bahwa mereka bisa diberikan tugas yang tidak memberatkan
Guru juga bisa memantau kegiatan siswa selama libur Ramadhan secara jarak jauh dengan pendampingan. Adapun pendampingan itu bisa dilakukan secara fleksibel.
"(Guru bisa) mendampingi siswa selama berkegiatan di bulan Ramadhan," tegas Sekretaris UPZIS MWCNU Sukolilo, Pati, itu.
Puji Astutik, orang tua siswa MI Miftahul Falah Desa Dukuhmulyo, Jakenan, Kabupaten Pati, juga setuju soal wacana libur sekolah selama Ramadhan.
Menurutnya, libur sekolah selama Ramadhan akan mempengaruhi pola aktivitas anak dan lebih fokus menjalankan ibadah puasa.
"Menurut saya anak akan lebih fokus dalam menjalankan puasa dan ibadah yang lainnya. Karena anak-anak kadang kalau puasa dan masuk sekolah itu kurang fokus. Mungkin juga karena anak-anak kurang tidur dan cepat merasa lapar sehingga mereka kurang konsentrasi dalam pelajaran di sekolah," katanya kepada NU Online, pada Kamis (9/1/2025)
Meski libur sekolah selama Ramadhan, ia berpandangan bahwa anak-anak masih bisa belajar, khususnya mengaji.
"Kegiatan yang cocok kalau menurutku selama liburan Ramadhan itu mengaji terus berbagi takjil kalau ada rejeki," katanya.