Prof Quraish: Guru Perlu Jelaskan Tujuan Berperang di Zaman Nabi
Ahad, 9 Oktober 2022 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Indonesia, Prof HM Quraish Shihab, mengungkapkan pada prinsipnya agama-agama mendambakan kedamaian Islam. Dari namanya saja terlihat menjunjung kedamaian. Namun, dalam berbagai situasi juga perlu untuk melakukan peperangan terhadap kejahatan, ketidakadilan, kemiskinan, dan lain sebagainya.
Baca Juga
Islam Agama Perdamaian, Bukan Perang!
“Segala hal inilah yang menjadi tujuan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad saw ketika berperang. Sayangnya, terkadang tujuan peperangan tak disampaikan oleh guru atau orangtua pada anak. Peperangan dilakukan untuk menunjukkan bahwa ada hak asasi manusia yang layak untuk diperjuangkan,” tutur Prof Quraish dalam tulisan yang diunggah sang putri dalam Instagram @najelaashihab, Sabtu (8/10/2022).
Menurut Prof Quraish, bahkan Al Qur’an menyatakan bahwa diwajibkan berperang bagi kaum muslimin meskipun perang itu tidak disukai. Tapi hal tersebut adalah terpaksa.
“Pada sejarah Nabi juga didapati bahwa ada juga peperangan yang dibatalkan saat Nabi mampu menawarkan hal-hal yang dapat mengarah kepada perdamaian, atau para musuh lari sehingga peperangan tidak terjadi,” ungkapnya.
“Substansi dari perang sebenarnya bukan untuk memusuhi orang lain, bukan juga tentang membunuh. Tetapi, tentang memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari itu semua. Itulah sebabnya, dalam perang tetap ada penghormatan bahwa Islam melarang untuk membunuh anak kecil, orang tua dan perempuan,” tutur pengarang Tafsir Al-Misbah itu.
Prof Quraish menjelaskan tempat beribadah seperti gereja dan sinagoge pun tidak boleh dihancurkan. Bahkan, dalam etika Islam mereka yang sudah menyerah tidak boleh diganggu, tawaran perang harus diperlakukan sebaik mungkin, yang sakit harus diobati, dan lain sebagainya. Karena tujuan perang bukan untuk memusuhi tapi memperjuangkan hak.
“Sayangnya, substansi serta etika berperang yang dilakukan Nabi jarang dibicarakan dalam sejarah pendidikan Islam secara umum. Barangkali yang ingin ditonjolkan adalah kehebatan Nabi, tetapi melupakan teladan keluhuran akhlak Nabi. Segalanya mesti imbang agar kita memiliki pemahaman utuh tentang metode dakwah, etika perang serta kemuliaan akhlak Nabi,” tandasnya.
Rahmat bagi seluruh alam
Menurut Prof Quraish Shihab, berkat rahmat dan kasih sayang Allah swt, Nabi Muhammad saw diciptakan dan diutus untuk menyampaikan risalah agama Islam kepada umat manusia, sembari memberikan teladan bagaimana mengamalkannya.
“Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Anbiya’ ayat 107: Kami (Allah) tidak mengutusmu, wahai Nabi Muhammad, kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ayat ini berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi Muhammad adalah rahmat. Bukan saja ajaran yang beliau sampaikan, tetapi juga sosok dan aneka amal beliau,” terangnya.
Prof Quraish menambahkan, rahmat itu tidak hanya terbatas untuk kaum muslimin. Tetapi, menyangkut segala sesuatu di alam raya ini, termasuk manusia yang tidak beragama Islam, juga binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa.
“Sebagai umat Nabi Muhammad saw, kita perlu meneladani beliau dan juga berusaha menjadi sosok penuh rahmat serta membagi-bagikan rahmat itu kepada siapa pun, apa pun, di mana pun,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori