Surakarta, NU Online
Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surakarta, Jawa Tengah, KH Abdul Aziz pernah memiliki pengalaman menarik ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkunjung ke Kota Solo. Kala itu, tahun 1996, ia baru saja ikut dilantik bersama pengurus lainnya di Lembaga Dakwah NU (LDNU) Kota Surakarta.
“Waktu pelantikan itu, Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU hadir dan ikut memberikan ceramah atau mauidhoh hasanah, cukup lama sekitar satu jam lebih. Senang sekali, beliau mau hadir di acara pelantikan lembaga tingkat cabang dan bahkan memberikan pengarahan,” kata Kiai Aziz kepada NU Online, Rabu (30/12).
Namun, sebelum acara pelantikan tersebut, Kiai Aziz sebetulnya sudah beberapa kali bertemu langsung dengan Gus Dur. Terutama ketika Gus Dur hadir ke Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta.
“Gus Dur, sejak masih muda ternyata sudah akrab pula dengan pengasuh pondok Al-Muayyad KH Abdul Rozaq Shofawi. Saya masih ingat, sekitar tahun 1994, Gus Dur rawuh ke Al-Muayyad dengan mengajak seorang kiai muda,” ungkapnya.
Di depan para guru Al-Muayyad, yang kebetulan Kiai Aziz juga ikut hadir, Gus Dur mengenalkan kiai muda tersebut.
"Ini saya mengajak kiai muda, doktor lulusan Mekah, namanya Doktor Kiai Said Agil Siradj. Ini doktornya masih kebul-kebul (baru saja lulus). Pak Kiai Said inilah yang besok akan menggantikan saya," tutur Kiai Aziz menirukan ucapan Gus Dur.
Siapa sangka, ucapan Gus Dur di tahun 1994 tersebut, 16 tahun berselang terbukti. KH Said Aqil Siroj terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2010.
Peci Gus Dur
Kenangan lain dari Kiai Aziz terhadap Gus Dur, yakni setelah Gus Dur tak lagi menjadi presiden. Menurutnya, ketika Gus Dur sudah tidak menjadi presiden, beliu sering berkunjung ke Solo, biasanya terus bermalam di rumah Pak Hussein Syifa', politikus PKB waktu itu. Anehnya, lanjut Kiai Aziz, Gus Dur itu tidak pernah sare (tidur), tapi duduk terus sambil ngobrol sepanjang malam.
“Maka, anak-anak muda NU atau aktivis PKB secara bergantian menemani ngobrol beliau, termasuk saya. Kekuatan fisik beliau memang luar biasa, sehingga yang menemani ngobrol beliau harus digilir, karena tidak ada yang kuat,” ungkap Kiai Aziz.
Pernah suatu ketika, ketika ikut ngobrol bersama Gus Dur, Kiai Aziz bertanya mengenai peci (khas) yang dipakai Gus Dur. “Saya pernah tanya, Gus kenapa selalu pakai peci itu?" tanya Kiai Aziz.
Kemudian pertanyaan Kiai Aziz tadi dijawab oleh Gus Dur. "Karena peci itu pemberian dari seorang kiai sepuh, jadi saya pakai terus," jawab Gus Dur singkat.
Jawaban tersebut, kemudian tidak ditanggapi lagi dengan pertanyaan oleh Kiai Aziz. Tak lama setelah Gus Dur mengobrol bersama para tamu, setelah sekitar jam dua malam, datanglah makanan kesukaan beliau, yakni ceker ayam khas Solo.
“Beliau sangat suka makanan tersebut, padahal untuk dapat makanan tersebut harus menunggu tengah malam yang akhir, karena jam dua malam warungnya baru buka. Warung kok bukanya niru terbukanya pintu-pintu langit,” pungkas Kiai Aziz sembari berkelakar.
Pewarta: Ajie Najmuddin
Editor: Fathoni Ahmad