Nasional

Rakernas Gusdurian Akan Bahas Persoalan Bangsa Jelang Pemilu 2024

Selasa, 21 November 2023 | 16:00 WIB

Rakernas Gusdurian Akan Bahas Persoalan Bangsa Jelang Pemilu 2024

Rakernas Jaringan Gusdurian akan membahas persoalan bangsa menjelang Pemilu 2024. (Foto: Gusdurian)

Jakarta, NU Online

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Jaringan Gusdurian akan membahas persoalan bangsa menjelang perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Rakernas Gusdurian akan dilangsungkan di Wisma Hijau Depok, pada Jumat-Ahad (24-26/11/2023) akhir pekan ini. 


Seluruh peserta yang terdiri dari koordinator komunitas Gusdurian se-Indonesia dan luar negeri, serta direktur lembaga dan individu-individu Jaringan Gusdurian akan mengikuti sejumlah rangkaian agenda Rakernas Gusdurian 2023. 


Salah satu agenda dalam Rakernas Gusdurian 2023 ini adalah merumuskan arah gerakan Jaringan Gusdurian menjelang Pemilu 2024. Agenda ini akan dikemas melalui Panggung Demokrasi Gusdurian dengan mengangkat tema Pemilu yang Damai, Berkualitas, dan Bermartabat.


Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad mengatakan, Panggung Demokrasi Gusdurian adalah forum para tokoh bangsa untuk membahas situasi demokrasi Indonesia akhir-akhir ini. Isinya berupa seruan dari Gusdurian untuk Indonesia. Panggung Demokrasi ini akan ditutup dengan orasi kebangsaan oleh Alissa Wahid.


"Forum demokrasi ini menjadi salah satu upaya komitmen Jaringan Gusdurian mendukung penyelenggaraan Pemilu yang jujur, adil, dan bermartabat," tutur Jay kepada NU Online, Selasa (21/11/2023).


Ia menjelaskan, Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) pada 2024. Di tahun yang sama pula, warga Indonesia di seluruh daerah juga akan memilih gubernur dan bupati/walikota. Total daerah yang akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah serentak sebanyak 548 daerah, terdiri dari 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota.


"Berkaca pada pemilu-pemilu sebelumnya, masyarakat Indonesia rentan terhadap segregasi sosial akibat politisasi identitas demi politik elektoral. Puncaknya pada Pilkada 2017 dan Pilpres 2019, masyarakat seolah terpecah menjadi dua kubu yang berdampak pada munculnya konflik dan permusuhan, mulai dari tingkat keluarga, persahabatan, hingga hubungan yang lebih luas," terang Jay.


Penggunaan identitas juga masih mungkin dilakukan karena pemilih di Indonesia tergolong sebagai kelompok konservatif. Merujuk Jonathan Haidt, masyarakat konservatif bisa dipengaruhi dengan narasi-narasi loyalitas/pengkhianatan, otoritas/subversif, dan pemurnian/degradasi. Narasi-narasi itulah yang banyak beredar di tengah masyarakat setiap menghadapi pemilihan umum di berbagai level.


"Pada Pemilu ini, Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan berbagai pihak mengadakan berbagai upaya untuk memperkuat narasi pemilu damai. Narasi ini digaungkan melalui berbagai kanal media, forum-forum publik, dan lainnya," jelasnya.


Panggung Demokrasi Gusdurian dikemas dengan berbagai pertunjukan budaya dan pentas musik. Di tengah-tengah acara akan ada parade pesan untuk pemilu jujur, adil dan bermartabat dari stakeholders untuk mendukung komitmen #PemiluDamai bersama dan juga deklarasi.


Kegiatan festival ini akan diisi dengan rangkaian pesan-pesan pemilu jujur, adil, dan bermartabat. Dalam sesi ini kami akan menghadirkan empat narasumber dari Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, UNESCO, POLPUM, dan Jaringan Gusdurian. 


Selain itu, festival akan dimeriahkan oleh penampilan Band Marjinal dan Stand Up Comedian Indonesia. Acara ini akan disiarkan langsung melalui TV9 dan pemberitaannya dimuat di media-media nasional lainnya.