Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman (tengah) berbicara dalam penyusunan policy brief riset tradisi keagamaan. (Foto: Dok. BLAJ)
Jakarta, NU Online
Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Hal tersebut memberikan sentuhan pada tradisi dan ritual yang dilakukan oleh masyarakatnya. Terkait hal tersebut, Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta meneliti secara khusus mengenai hubungan budaya dan agama melalui tradisi yang dilakukannya. Riset difokuskan pada tradisi keagamaan dalam manuskrip.
“Sasaran strategis Kemenag salah satunya membangun relasi antara budaya dan agama dalam konteks kerukunan beragama dan moderasi beragama,” ujar Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman saat memberikan sambutan pada Penyusunan Policy Brief Penelitian Tradisi Keagamaan dalam Manuskrip di Menteng, Jakarta, Selasa (4/8).
Nurudin menegaskan, riset yang telah dilakukan oleh tim peneliti harus menghasilkan alternatif kebijakan yang perlu dikembangkan. Hal demikian ini harus ditampilkan dengan menunjukkan strategi yang perlu didorong yang berkaitan dengan tradisi keagamaan sebagaimana yang ditarget dalam penelitian ini.
Menurut doktor jebolan Universitas Indonesia ini, penyusunan naskah kebijakan berbasis penelitian penting sebagai masukan bagi pemerintah yang berwenang dalam konteks tradisi keagamaan.
“Penyusunan policy brief ini menjadi penting karena tidak tahu persis apakah ada kebijakan khusus terkait dengan tradisi keagamaan dalam konteks edukasi kita. Semestinya, yang dibuat adalah naskah akademik untuk sebuah regulasi,” tandasnya.
Melihat hasil penelitian yang dilakukan, Nurudin juga menggarisbawahi perlunya perhatian terhadap kelompok-kelompok yang terus mengembangkan tradisi keagamaan. “Komunitas yang mengembangkan tradisi keagamaan harus kita perhatikan,” imbuhnya.
Sementara itu, peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Dadi Darmadi yang didaulat menjadi narasumber menyampaikan, tidak perlu semua hasil penelitian dimasukkan dalam kertas kebijakan. Tetapi perlu dipilah dan dipilih mana yang sesuai dengan tujuan kebijakan yang diharapkan.
Di samping itu, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menegaskan bahwa rekomendasi yang diambil harus berasal dari kesimpulan yang kuat.
“Menurut saya, hasil dari setiap penelitian yang dilakukan di empat daerah berbeda itu bisa menjadi satu kertas kebijakan tersendiri atau diambil benang merahnya. Hal yang penting juga perlu disampaikan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait,” tandasnya.
Adapun Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Munawar Holil mengatakan perlunya hasil penelitian dan kertas kebijakan ini disajikan secara menarik. Pasalnya, hal yang penting ini terkadang tidak populer karena penyajiannya. “Sementara ada hal yang tidak penting, biasa saja, bisa viral dan populer,” ujarnya.
Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah peneliti BLA Jakarta dan peneliti dari luar. Selain itu, juga ada perwakilan Lakpesdam PBNU, NU Online, dan delegasi Perpustakaan Nasional.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori