Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman (tengah) usai memberi sambutan pada seminar hasil penelitian. (Foto: Dok. BLAJ)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia saling bersinergi dengan agama yang dianutnya, tak terkecuali Islam. Hal tersebut tercatat dalam banyak manuskrip keagamaan.
Hal tersebut dikatakan Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta Balitbang Diklat Kemenag, Nurudin Sulaiman, saat memberi sambutan pada Seminar Hasil Penelitian Tradisi Keagamaan dan Manuskrip, Senin (27/7).
"Tradisi aspek budaya kompatibel dengan nilai keagamaan yang berkembang di masyarakat. Antara tradisi dan aspek keagamaan itu bersinergi," kata Nurudin.
Doktor jebolan UI ini menjelaskan, ada sebagian pihak yang merasa budaya itu sesuatu yang terpisah dan jauh dari nilai keagamaan. Padahal, konteks budaya dan agama hubungannya dinamis dan kontinum, tidak dikotomis, atau saling bertentangan.
Karena itu, ia menegaskan perlu cara dan strategi baru untuk memunculkan konteks agama dan budaya dalam manuskrip di dalam kondisi sosial masyarakat hari ini. "Bahkan, bisa sangat bersinergi dalam konteks pembangunan bidang agama di Indonesia ini," tandasnya.
Menurut Bendahara Umum PP IPNU 2009-2012 ini, tradisi keagamaan dalam manuskrip merupakan satu riset yang penting. Sebab, antara tradisi keagamaan yang dikaji melalui manuskrip yang ada, memberikan dampak positif berkaitan kehidupan masyarakat Indonesia.
Riset ini, kata Nurudin, bisa didorong dengan lebih menekankan pada aspek penjelasannya sehingga dapat lebih bermanfaat. "Riset ini harus didorong lebih ke eksplanasi sehingga aspek pemanfaatan bisa dikembangkan," terangnya.
Ia menyampaikan, riset tersebut juga bagian dari bentuk penghargaan yang tinggi terhadap karya-karya para akademisi, tokoh, dan ulama. Hal-hal yang termaktub di dalamnya sangat mungkin bisa dikontekstualisasi atau bisa dihadirkan lagi nilai-nilainya pada era sekarang.
Menurut pria asal Banyuwangi ini, hasil penelitian ini bisa menjadi rekomendasi dalam rangka menjaga dan mengembangkan tradisi keagamaan agar tetap hidup dan lestari seterusnya.
"Untuk bisa direkomendasikan pada konteks merawat, mengembangkan, memanfaatkan, dan mengkontekstualisasikan tradisi keagamaan pada kehidupan saat ini dan akan datang," pungkasnya.
Seminar hasil penelitian ini mengundang narasumber utama, Ketua Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) Munawar Holil. Diskusi panel itu menampilkan lima pemakalah, yaitu Zulkarnain Yani, Muhamad Rosadi, dan Reza Perwira (Peneliti BLAJ). Dua lainnya dari luar BLAJ, yakni Musthofa Asrori (Balitbang Diklat Kemenag) dan Mustika AR (Manassa).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua