Nasional

Santri Putri Bertanya: Apa Kunci KH Ma’ruf Amin Jadi Wakil Presiden?

Senin, 24 Oktober 2022 | 01:30 WIB

Santri Putri Bertanya: Apa Kunci KH Ma’ruf Amin Jadi Wakil Presiden?

Tangkapan layar Wapres KH Ma'ruf Amin ketika berdialog dengan santri Sabtu (22/10/2022)

Jakarta, NU Online
Santri putri bernama Nabila Khairunnisa dari Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Maros, Sulawesi Selatan, bertanya kepada Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Hal itu berlangsung ketika dialog usai Peluncuran Beasiswa Santri 2022 oleh Baznas RI di Jakarta, Sabtu (22/20/2022).


"Pak Kiai, Wapres, dulunya lulusan Pondok Pesantren Tebuireng. Apa kunci keberhasilan Pak Kiai hingga menjadi wakil presiden dan tokoh bangsa seperti saat ini?" tanya Nabila, melalui telekonferensi video.


Pertanyaan itu pun direspons setelah disilakan moderator. "Saya jadi Wakil Presiden itu– kalau bahasa agamanya itu–min chaisu lâ yahtasib, enggak diperkirakan. Itu memang sudah kehendak Allah, ya," jawab pria yang lahir 11 Maret 1943, di masa pendudukan Jepang.


Kiai Ma’ruf mengisahkan, ia dulu pernah menjadi politisi dan pimpinan tinggi suatu partai politik. Tetapi ketika itu dirinya mengaku tidak menjadi apa-apa.


Kemudian, ia ikut 'jalur kiai' yang tidak ada hubungannya dengan kekuasaan. Ia berkhidmah di NU dan menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Selain itu, juga menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). 


"Itu enggak ada jalurnya ke Wakil Presiden, enggak ada itu. Tapi tiba-tiba, ya, apa ya, bi irâdatillah wa qudratih, dengan kehendak Allah, tahu-tahu saya diminta menjadi Wakil Presiden. Maka saya katakan min chaisu lâ yahtasib," jelasnya, kepada santri yang mengikuti secara luring maupun daring dari berbagai daerah di Indonesia.


Maka, kiai yang dikenal alim Fiqih dan Ushul Fiqih itu mengaku yakin sekali pada Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 26. "Bahwa Allah lah yang memberikan kekuasaan, maupun Allah yang mengambil kekuasaan," ungkap Kiai Ma’ruf, menjelaskan kandungan ayat.


"Apalagi di jalurnya, tidak di jalurnya saja kalau Allah mau, jadi, gitu lho," imbuhnya.


Oleh karena itu, Kiai Ma’ruf menasihati para santri agar melakukan dua hal. Pertama, fokus dalam menunut ilmu, mencari sebanyak-banyaknya. Kemudian setelah memiliki ilmu, tetap belajar dan berjuang di mana saja, sesuai dengan apa yang diinginkan. Menurutnya, Allah swt tidak mengharuskan berjuang di sini atau di sana, tetapi bisa lewat jalur mana saja.


"Nanti kalau Allah menghendaki, saya doakan Ananda bisa menjadi wakil presiden, nanti di depan itu," doa alumnus Pesantren Tebuireng itu kepada Nabila.


Penulis buku Pembaharuan Hukum Ekonomi Syariah (2013) itu mengajak para santri untuk belajar karena Allah, menambah ilmu, berjuang, memperbaiki masyarakat, dari sudut mana saja diberikan ilmu oleh Allah swt. Jika berjuang, katanya, nanti Allah swt yang akan menunjukkan jalannya. 


"Wallażīna jāhadụ fīnā lanahdiyannahum subulanā…; siapa yang berjalan di jalan Kami, berusaha berjalan di jalan Kami, nanti akan Kami tunjukkan jalannya," ungkap Kiai Ma’ruf mengutip Surat Al-Ankabut ayat 69.


Kalau Allah swt menunjukkan jalan, aku Kiai Ma’ruf, jalan atau jalurnya dapat belokan. Sebelumnya berada di jalur pengiikut para kiai, sambungnya, tahu-tahu dijalurkan jadi birokrat.


"Itulah, … idzâ arâda syai'an ay yaqûla lahû kun fa yakûn; (… apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka jadilah sesuatu itu)," pungkasnya, mengutip Surat Yaasin ayat 82.


Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Kendi Setiawan