Sejarah Perkembangan AI, dari Komputer Hitung Biasa hingga ChatGPT
Jumat, 21 Juli 2023 | 17:00 WIB
Jakarta, NU Online
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah merambah ke berbagai lini kehidupan manusia. Beberapa platform bisa membantu pekerjaan manusia dengan mudah. AI merupakan cabang ilmu komputer yang menggunakan mesin untuk menyelesaikan tugas yang biasa dilakukan manusia. AI mengumpulkan dan mengolah berbagai data yang diterimanya menjadi informasi agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.
Teknologi AI telah menyebar ke berbagai bidang mulai dari otomotif, hiburan, pendidikan, juga kesehatan. Teknologi AI kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti asisten virtual, navigasi GPS, media sosial, mobile banking, hingga platform belanja dan transportasi online.
Baca Juga
NU dan Tantangan Abad Kecerdasan Buatan
Menilik sejarahnya, AI merupakan bidang ilmu anyar. Baru pada tahun 1950-an, para ilmuwan dan peneliti seperti Matematikawan Inggris Alan Turing melakukan eksperimen awal dalam pemrograman komputer untuk memodelkan proses berpikir manusia.
Perkembangan AI yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu itu kini mengalami banyak kemajuan. AI semakin pintar dan mampu membantu kehidupan manusia bahkan memberikan jawaban yang lebih akurat atas suatu permasalahan. AI akan terus berkembang dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, bahkan yang tidak ada dalam bayangan manusia.
Dalam sebuah penelitian pada jurnal Analisis Penggunaan Algoritma Breadth First Search Dalam Konsep Artificial Intellegencia keluaran Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Time Medan dijelaskan bahwa AI adalah salah satu bagian ilmu komputer yang bertujuan membuat mesin komputer dapat melakukan pekerjaan manusia.
Pada awal perkembangannya, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung. Namun dalam perjalanannya, peranan komputer semakin mendominasi kehidupan. Komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai alat hitung, lebih dari itu komputer juga dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan manusia.
Pada tahun 1956, istilah AI pertama kali dimunculkan oleh seorang professor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang bernama John McCarthy pada Konferensi Dartmouth yang dihadiri oleh para peneliti AI. Salah satu tujuan konferensi tersebut ialah mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai perangkat untuk mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan fungsi otak seperti pengertian bahasa, pengetahuan, pemikiran, dan pemecahan masalah.
Dikutip dari Science in the News (SITN) Harvard, pada tahun 1960-1970-an, perkembangan AI tampak mendapati momentumnya. Sejumlah inovasi berhasil diciptakan oleh para ilmuwan komputer. Salah satunya adalah ELIZA, chatbot pertama di dunia yang diciptakan oleh Josep Weizenbaum.
Pada tahun 1980-1990-an, perkembangan AI mulai merambah pada teknik pembelajaran mesin (machine learning) seperti jaringan syaraf dan algoritma genetika yang digunakan untuk melatih komputer agar mampu mengambil keputusan berdasarkan data yang tersedia.
Masuk pada tahun 2000-an, perkembangan AI kian pesat. AI menjadi topik signifikan karena pada periode ini AI mampu mempengaruhi berbagai sektor, mulai dari kesehatan, perbankan, perniagaan, dan banyak sektor lainnya.
Para tahun 2010-2014, AI mulai dipekenalkan dalam perangkat gawai oleh sejumlah perusahaan pengembang ponsel pintar. Teknologi AI yang dikenalkan meliputi Siri dari Apple, Google Assistant dari Google, Alexa dari Amazon, dan Cortana dari Microsoft.
Perkembangan AI terus “mengejutkan” manusia. Pada akhir 2022, laboratorium kecerdasan buatan, OpenAI merilis ChatGPT, sebuah model bahasa yang mampu menjawab berbagai pertanyaan yang diinput melalui kolom chat.
Teknologi tersebut dirilis oleh OpenAI pada tanggal 30 November 2022. Model tersebut dapat memahami dan merespons input pengguna dengan cara yang meniru percakapan manusia, sehingga interaksi menjadi lebih alami dan menarik. Selain itu, ChatGPT dapat menghasilkan teks dalam berbagai gaya dan format, seperti artikel berita, surel, dan puisi, menjadikannya teknologi serbaguna.