Dalam pra halaqah perempuan ulama 2020, para ibu nyai muda siap berdakwah di medsos. (Foto: Dok. PSP)
Dakwah di media sosial (medsos) saat ini telah menjadi ketertarikan tersendiri bagi sejumlah kalangan. Konten-konten keagamaan banyak diburu masyarakat umum. Sayangnya, kebanyakan konten agama di medsos cenderung bermasalah. Mulai konten radikal, memantik ujaran kebencian, hingga penyebaran hoaks yang sangat mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, sejumlah ibu nyai muda menyiapkan diri untuk turut serta meramaikan dunia dakwah melalui medsos. Melalui kegiatan Pra Halaqah Perempuan Ulama 2020 yang diinisiasi Pusat Studi Pesantren (PSP), berkumpullah 20 perempuan ulama yang mewakili 20 pesantren dari berbagai daerah.
Pra halaqah yang digelar secara daring melalui aplikasi Zoom itu mengangkat tema ‘Jalan Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi Pesantren’. Kegiatan yang diselenggarakan Jumat (29/5) siang ini diharapkan dapat menumbuhkan 3R yaitu mimbar, lembar, dan layar. Maksudnya, berdakwah melalui pengajaran langsung, tulisan, dan medsos.
Diskusi menghadirkan dua narasumber, yakni Nyai Hj Durrotun Nafisah Zaim (Pesantren Kauman Lasem) dan Nyai Hj Ienas Tsuroiya (Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang). Melalui diskusi ini, diharapkan peserta pra halaqah dapat mengambil pelajaran dalam berdakwah di dunia maya.
Sejak Ramadhan kemarin, Nyai Durroh mulai berdakwah dengan mengaji kitab tafsir yang disiarkan langsung melalui Channel YouTube Pondok Kauman Lasem. Ia menggelar pengajian kitab Tafsir Al Ibriz yang dipadukan Tafsir Iklil dan Ibnu Katsir. “Alhamdulillah sangat direspon baik,” ujar istri Gus Zaim ini.
Nyai Hj Ienas Tsuroiya juga menceritakan kisahnya bersama sang suami, KH Ulil Abshar Abdalla, yang menggunakan Facebook untuk berdakwah sejak 2017 lalu. “Saat itu, saya berpikir akan sangat mengantuk jika yang ngaji hanya kami berdua. Lalu, saya berinisiatif menyiarkan langsung melalui FB,” kata Mbak Admin, sapaan akrabnya.
Moderator diskusi, Iradatul Aini, berharap melalui forum tersebut para perempuan ulama dari kalangan pesantren bisa merapatkan barisan dan bersiap memenangkan Islam rahmatan lil ‘alamin di ruang publik.
Menurut Ira, tujuan dakwah di medsos antara lain saling menguatkan, berbagi pengalaman, dan terlibat aktif menyebarkan gagasan Islam rahmatan lil alamin. Selain itu, juga dalam rangka melawan narasi kebencian atas nama agama, dan sebagai momen silaturrahim antarperempuan ulama pesantren.
Ia menambahkan, halaqah perempuan ulama menjadi sebuah ikhtiar untuk menjadi forum dan momentum pesantren, terutama perempuan ulama sebagai representasi pesantren untuk memperoleh kemampuan dalam memproduksi konten dan narasi di media sosial.
“Hal ini juga dapat menjadi momen untuk bersinergi serta terus menggali ide-ide baru dan mengolahnya dengan baik. Berdakwah melalui medsos juga dapat membentuk ikatan keagamaan dan sosial secara virtual dalam masyarakat jejaring, lebih-lebih untuk generasi milenial,” tandasnya.
Pantauan NU Online, diskusi daring ini dihadiri 20 ibu nyai dari berbagai pesantren. Antara lain Nyai Erba Rozalina, Nyai Hj Indriya Rusmana, dan Azizah Zubaer dari PSP. Saat dibuka sesi tanya jawab, sejumlah peserta pun mengajukan pertanyaan mengenai kiat berdakwah di medsos yang dijawab antusias oleh kedua narasumber.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori