Nasional

Sekolah Jagat Gusdurian, Latih Kepemimpinan Anak Muda untuk Aksi Penyelamatan Lingkungan

Rabu, 26 Februari 2025 | 21:00 WIB

Sekolah Jagat Gusdurian, Latih Kepemimpinan Anak Muda untuk Aksi Penyelamatan Lingkungan

Direktur Sekolah Jagat Jay Akhmad menyebutkan bahwa Sekolah Jagat adalah upaya untuk mendorong isu lingkungan semakin dekat dengan masyarakat. (Foto: dok. Gusdurian)

Yogyakarta, NU Online

“Baunya sangat menyengat,” kenang Fatin Ilfi, salah satu fasilitator Sekolah Jagat setelah mengunjungi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Manado, Sulawesi Utara. Saat itu ia bersama tiga puluh orang muda lintas agama melakukan sesi penginderaan atau sensing. TPS dipilih untuk melatih kesadaran mereka mengenai dampak sampah yang jarang disadari, namun dampaknya begitu besar bagi kehidupan banyak orang.


Agenda ini merupakan bagian dari rangkaian Sekolah Jagat yang diselenggarakan oleh Jaringan GUSDURian. Sekolah Jagat adalah akronim dari jejaring agama untuk gerakan alam dan toleransi.

 

Sebagaimana namanya, Sekolah Jagat diadakan sebagai ruang belajar dan konsolidasi gerakan bagi penggerak lintas iman terutama terkait isu toleransi dan ekologi. Program ini terlaksana atas kerja sama antara Yayasan Bani Kyai Haji Abdurrahman Wahid dan Ditjen Polpum Kementerian Dalam Negeri.


Sekolah Jagat diselenggarakan dalam rangkaian selama enam bulan, mulai Februari hingga Agustus 2025. Rangkaian awal adalah pelatihan kepemimpinan yang telah dilaksanakan di lima kota, yaitu Manado, Sulawesi Utara dan Depok, Jawa Barat pada 13-16 Februari 2025 dan di Yogyakarta, Makassar, Sulawesi Selatan, dan Mojokerto, Jawa Timur pada 20-23 Februari 2025.


Sebanyak 150 penggerak lintas agama mengikuti agenda ini, Selanjutnya peserta akan melakukan pendampingan di komunitas-komunitas di sekitar lingkungannya. Rangkaian diakhiri dengan presentasi hasil prototipe aksi lingkungan yang dilakukan di komunitas masing-masing yang rencananya diadakan di bulan Agustus.


Direktur Sekolah Jagat Jay Akhmad menyebutkan bahwa Sekolah Jagat adalah upaya untuk mendorong isu lingkungan semakin dekat dengan masyarakat. Selama ini, sudah ada komunitas di Jaringan GUSDURian yang bergerak di isu lingkungan, namun isu ini masih belum menjadi perhatian utama di banyak komunitas.


“Di Jaringan GUSDURian, terdapat sekitar 130 komunitas yang bergerak di akar rumput. Kami mengupayakan agar isu lingkungan bisa menjadi perhatian setiap komunitas. Karena semua orang merasakan adanya dampak kerusakan lingkungan, namun seringkali belum menyadarinya,” ujar dia lewat keterangan tertulis, Rabu (26/2/2025).


Lebih lanjut, Jay mencontohkan bahwa isu lingkungan sangat luas, mulai pengelolaan sampah hingga krisis iklim. Di beberapa kota, pengelolaan sampah yang buruk bahkan berdampak pada kesehatan masyarakat. “Kita perlu mengajak semua pihak untuk turut serta bergabung dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Sebab kita hanya punya satu bumi yang perlu dilestarikan,” imbuhnya.


Jaringan GUSDURian melihat isu lingkungan belum begitu banyak disampaikan dalam forum-forum atau kurikulum pendidikan keagamaan. Kalaupun ada jumlahnya masih sangat terbatas. Melalui Sekolah Jagat, Jaringan GUSDURian berupaya melakukan kolaborasi dengan melibatkan jejaring lintas agama untuk melakukan aksi nyata dalam upaya penyelamatan lingkungan.


Zain, peserta dari Tasikmalaya mengapresiasi agenda ini karena teori yang diberikan sangat berguna bagi gerakan. Ia yang saat ini terlibat dalam Sekolah Alam di Tasikmalaya berencana untuk mengaplikasikan beberapa hal yang didapatkan di Sekolah Jagat di komunitas yang dikelola olehnya dan teman-temannya.


Sementara itu salah satu peserta dari Bolaang Mongondow Timur, Ersandi Paputungan mengaku, melalui Sekolah Jagat dirinya mulai menyadari bahwa mengatasi masalah lingkungan bukan hanya tanggung jawab satu kelompok atau organisasi, tapi tanggung jawab bersama.


“Kolaborasi lintas komunitas sangatlah perlu, dan perubahan harus dilakukan secara kolektif,” terangnya.