Nasional

Tolak Penambangan, Gusdurian Inisiasi Tanam Pohon di Pantai

Sabtu, 2 April 2022 | 18:30 WIB

Tolak Penambangan, Gusdurian Inisiasi Tanam Pohon di Pantai

Puluhan relawan konservasi melakukan penanaman pohon di pantai Mbah Drajid, Desa Wotgalih, Yosowilangun, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (1/4/2022). (Foto: Dokumentasi Gusdurian Peduli)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Gusdurian Peduli Gus A'ak Abdullah Al-Kudus menginisiasi kegiatan penanaman pohon di Pantai Mbah Drajid, Desa Wotgalih, Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Hal ini dilakukan dalam rangka menolak penambangan dan mengurangi risiko (mitigasi) bencana tsunami.


Kegiatan bertajuk 'Tanam Pohon di Pantai Wotgalih' yang dilaksanakan pada Jumat (1/4/2022) itu merupakan hasil dari kerja kolaboratif antara Gusdurian Peduli bersama Laskar Hijau, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI) NU, serta PT Grand Zamzam Indonesia.


"Semua lembaga yang terlibat memiliki concern (kepedulian) yang sama terhadap pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim," kata Gus A'ak, melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online, Sabtu (2/4/2022).


Ia menjelaskan bahwa kawasan di pesisir selatan Pulau Jawa itu memiliki potensi megathust atau gempa bumi berdorongan besar yang bisa menyebabkan terjadinya bencana tsunami yang dahsyat.


Selain menanam pohon, para relawan konservasi juga menyerukan penolakan terhadap segala bentuk perusakan pesisir selatan Lumajang. Lebih khusus, menolak penambangan pasir. Mereka mendesak Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk segera membuat kebijakan dan mengambil tindakan tegas guna melindungi kawasan itu, mulai Desa Wotgalih hingga Desa Tempursari.


Gus A'ak berharap, kegiatan yang diinisiasinya itu bisa diduplikasi oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama mulai dari Banyuwangi di Jawa Timur hingga Ujung Kulon di Banten.


"Semoga makin banyak orang yang tergerak untuk melakukan gerakan yang sama, karena ini darurat dan harus segera dilakukan demi keselamatan kita semua," tegas Anggota Pengurus LPBI Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.


Ia menjelaskan, Desa Wotgalih itu sengaja dipilih sebagai titik awal kegiatan. Sebab sejak 2011, warga di sana secara kompak tegas menolak adanya penambangan pasir besar. Gerakan penolakan itulah yang menginspirasi Salim Kancil yang pada 2015 melakukan penolakan penambangan pasir besi di Desa Selok Awar-Awar yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Wotgalih.


"Hingga akhirnya ia (Salim Kancil) mati syahid sebagai pahlawan pembela lingkungan," terang Gus A'ak.


Jenis pohon yang ditanam dalam kegiatan tersebut adalah Jambu Mente. Pohon ini memiliki fungsi konservasi sekaligus fungsi ekonomi. Akarnya kuat dan pohonnya kokoh. Sementara buah yang dihasilkan dari pohon ini bisa menjadi makanan bagi satwa liar. Selain itu, buahnya pun bisa diolah menjadi aneka camilan dengan harga jual yang cukup tinggi.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin