Soal MLB Nahdlatul Ulama, Ketua PCNU Jombang: Jangan Buat Umat Bingung
Rabu, 25 Desember 2024 | 06:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, Jawa Timur KH Fahmi Amrullah Hadziq (Gus Fahmi) merespons gerakan Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama (MLB NU).
Ia mengingatkan semua pihak agar menahan diri agar tidak membuat Nahdliyin di akar rumput menjadi bingung.
"Harapan saya, hendaknya menahan diri, jangan sampai justru karena tingkah polah kita, umat menjadi bingung," kata Gus Fahmi kepada NU Online, Senin (23/12/2024).
Ia menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan jam'iyah atau perkumpulan yang dimiliki oleh seluruh Nahdliyin, sehingga gerakan MLB NU itu justru akan memecah belah umat.
Menurutnya, gerakan MLB NU ini merupakan dampak ketika NU sudah dibawa-bawa ke ranah politik, meski ia tak berani menyebut gerakan ini ditunggangi oleh kepentingan politik di luar NU.
"Saya yakin sebenarnya inilah kalau NU itu dibawa diseret ke ranah politik. Saya tidak berani mengatakan ini ada yang menunggangi, tapi ketika NU dibawa atau diseret ke ranah politik, inilah yang terjadi," tegas cicit Pendiri NU Hadratussyekh Hasyim Asy'ari itu.
Gus Fahmi menegaskan bahwa ketika seseorang menjadi pengurus NU maka harus ikhlas. Bahkan, ketika tidak menjadi pengurus juga tetap harus ikhlas. Ia menduga, orang-orang yang terlibat di MLB NU itu adalah mereka yang tidak ikhlas karena tidak menjadi bagian dari jam'iyah NU.
"Ikhlas ketika menjadi pengurus dan ikhlas ketika tidak menjadi pengurus. Nah ini mungkin ada orang tidak ikhlas karena tidak menjadi pengurus, sehingga akhirnya ingin menjadi pengurus," katanya.
Ia meminta semua pihak di balik gerakan MLB NU itu untuk bersabar menunggu agenda Muktamar yang resmi, pada akhir 2026 atau awal 2027 mendatang.
"Bersabarlah, tunggu sampai masa khidmah kepengurusan ini habis, toh tinggal dua tahun lagi. Nah nanti, mungkin akhir 2026 atau awal 2027, silakan yang ingin jadi pengurus silakan, bertarung di Muktamar yang resmi," ujarnya.
Menurutnya, menjadi pengurus NU dari hasil Muktamar yang resmi akan membuat hati menjadi tenang. Sebaliknya, jika melakukan cara-cara yang tidak resmi justru akan membuat hati tak tenang.
"Kalau kita ini menjadi pengurus melalui muktamar yang definitif yang diikuti oleh semua elemen NU, saya kira ketika kita terpilih, kita juga tenang. Tapi kalau hasil MLB ini, menjadikan kita juga tidak tenang, karena malu kita dilihat oleh organisasi-organisasi lain, karena NU ini kok gegeran terus kesannya," tutur Gus Fahmi.
Sebagai cicit KH Hasyim Asy'ari, ia mengaku sedih dan prihatin terhadap gerakan MLB NU ini. Ia juga menilai, cucu atau dzuriyat KH Wahab Chasbullah juga sedih lantaran antarketurunan para pendiri NU seolah-olah berebut "berkat".
"Jadi sebaiknya kita bersabar, nanti monggo di muktamar yang akan datang, yang insyaallah dua tahun lagi ini diadakan, silakan bertarung, mempersiapkan diri baik-baik," katanya.
Menjaga adab berorganisasi
Sebelumnya, Gus Fahmi mengingatkan agar semua kader NU dapat menjadi teladan, menjaga keadaban, dan sopan santun dalam berorganisasi karena NU bukan organisasi untuk memenuhi hasrat berkuasa.
Ia menegaskan bahwa para perintis, muassis, sesepuh, dan ulama di lingkungan NU sudah menyediakan pola dan tata krama dalam menjalankan jam'iyah dan mengelola jamaah.
"Para muassis dan ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama, sudah memiliki tradisi yang luhur dalam berorganisasi. Nilai-nilai yang diwarisi dari Kanjeng Nabi Muhammad," ujar Gus Fahmi, pada Rabu (18/12/2024) lalu.
Ia menjelaskan bahwa NU didirikan oleh para kiai bukan untuk kepentingan sesaat, apalagi untuk mengejar kekuasaan.
"NU itu, tujuan pendirian NU adalah untuk membangun peradaban masyarakat dalam beragama. Agar apa? Agar masyarakat dapat hidup rukun sebagai warga negara," kata Gus Fahmi.
“Mari kita memberikan contoh yang baik sebagai organisasi yang penuh sopan santun serta beradab dengan kesabaran,” imbuhnya.
Gus Fahmi juga mengingatkan agar warga dan kader NU pantang menjadikan NU sebagai alat mengincar suatu jabatan tertentu.
NU, bagi Gus Fahmi, adalah wadah membangun karakter kemanusiaan dengan menanamkan nilai agama demi terbangunnya suatu peradaban.
Mematuhi asas-asas berorganisasi, lanjut Gus Fahmi, termasuk dalam nilai-nilai luhur yang dapat membantu terbentuknya sebuah peradaban.
Taat pada peraturan, AD dan ART, serta ketentuan organisasi, juga menjadi penanda bagi seorang kader telah memahami ajaran kenabian dalam mengelola masyarakat dan umat.