Tanggung Jawab, Nilai yang Harus Diajarkan Ayah kepada Anak
Kamis, 12 November 2020 | 15:00 WIB
pelajaran yang diberikan sosok ayah untuk dapat menghadapi tantangan, sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri bagi anak.
Jakarta, NU Onine
Setiap tanggal 12 November, diperingati Hari Ayah Nasional. Sosok ayah menjadi sorotan utama karena menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
"Keterlibatan ayah sangat penting dalam pengasuhan anak. Bahkan, peran ayah tidak kalah penting dari peran seorang ibu," ungkap Psikolog Klinis Unit Pelayanan dan Pengembangan Psikologi (UP3) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Elmy Bonavita Zahro, pada Kamis (12/11).
Menurutnya, sosok ayah sangat sentral dalam memberikan contoh kepada anak tentang sikap bertanggung jawab dan sifat mengayomi. Seorang ayah kerap kali mengajak anak untuk bermain dan beraktivitas yang sifatnya adventureous atau petualangan.
Hal tersebut dirasa akan membuat anak lebih berani menghadapi tantangan. Lebih jauh, pelajaran yang diberikan sosok ayah untuk dapat menghadapi tantangan, sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri bagi anak.
"Tapi kedekatan anak dan ayah tidak hanya saat bermain. Ayah juga memberikan nilai-nilai kehidupan, bicara hati-hati, serta kehadiran dan keterlibatan ayah dalam momen itu sangat penting agar anak merasa disayangi dan diperhatikan," kata Bona yang juga Sekretaris Prodi Psikologi Unusia Jakarta.
Nilai-nilai dari ayah yang mesti diteladankan seorang ayah kepada anak, di antaranya adalah mengenai kejujuran, kesetiaan, dan kerja keras.
"Biasanya hal itu tidak hanya disampaikan oleh ayah melalui nasihat tapi juga contoh nyata dari tindakan di kehidupan sehari-hari dalam keluarga," jelas Bona.
Sejalan dengan itu, sebelumnya Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Agus Salim mengatakan, seorang ayah harus menjadi teladan baik karena berbagai tindak-tanduknya akan tercermin pada perilaku sang anak.
Lebih jauh, Kiai Agus menukil sebuah riwayat hadits yakni ibda’ binafsik, artinya segala hal harus dimulai dari diri sendiri dulu. Karenanya, seorang ayah benar-benar dituntut untuk menjadi teladan.
Kiai Agus juga mengutip peribahasa, buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya. Contoh dan teladan baik yang diberikan ayah itulah yang kelak menjadi bekal bagi anak, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat di sekitar yang tidak baik.
"Jadi kalau bekal baik itu sudah ditanamkan kepada anak, dan kelak ketika dewasa si anak ini berada di lingkungan yang buruk, tugas ayah hanya mengarahkan saja," katanya.
"Tapi ingat, mulai dari diri kita dulu. Tanamkan bahwa kita harus berperilaku baik, karena anak itu akan menjadi cerminan dari diri kita sendiri," pungkas Abi Agus, begitu sapaan akrab Ketua LD PBNU ini.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan