Nasional

Tantangan NU di Sektor Pertanian

Jumat, 22 Maret 2019 | 07:55 WIB

Jakarta, NU Online

Pada 16 Rajab 1440 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 23 Maret 2019 Nahdatul Ulama akan genap berusia 96 tahun. Pada usianya yang akan mencapai satu abad, NU mengemban amanah yang tak enteng. Di antara salah satu amanahnya adalah meningkatkan kualitas perekonomian warga NU yang berjumlah 91 juta lebih menurut sensus 2010.

Masalah peningkatan perekonomian juga dibahas dalam komisi Program Kerja dan Rekomendasi dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2019 di Kota Banjar beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Dalam Hasil Sidang Komisi Program Kerja merekomendasikan poin kelima berbunyi: “Menumbuhkembangkan basis-basis produksi ekonomi warga NU dan mendorong berkembangnya model teknologi keuangan seperti NU-Cash, waralaba retail misalnya Omnus-Mart, NU-Mart, ANTUM, Warung Nusantara, serta model keuangan dan bisnis berbasis koperasi”.

Hal itu diperkuat dengan poin keenam yang berbunyi: “Meningkatkan peran dan kontribusi NU dalam mewujudkan perekonomian yang berkeadilan sebagai pengejawantahan dari ‘arus baru ekonomi Indonesia’”.

Tentu pekerjaan ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun setidaknya, ini telah menjadi keinginan bersama. Ketua PBNU bidang perekonomian, H Umar Syah mengatakan, upaya memperbaiki perekonomian telah menjadi cita-cita bersama kaum Nahdliyin dan pengurus PBNU secara bersamaan sebagaimana tertuang dalam keputusan Muktamar 33 di Jombang 2015 dan Munas-Konbes NU 2019.

“Penguatan ekonomi sudah menjadi cita-cita bersama, sebagaimana sudah diputuskan dalam Muktamar,” kata Umar Syah pada NU Online, Jumat (22/3).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Salah satu sektor ekonomi yang banyak ditekuni oleh warga NU menurut Umar Syah adalah pertanian. Menurut H Umar Syah tantangan bagi pertanian secara umum dan khususnya untuk warga NU adalah pengembangan kapasitas dan pengadopsian teknologi termutakhir dalam sektor pertanian. “Sektor pertanian warga kita (NU) belum maksimal, karena dari sumberdaya dan entrepreneurship manusianya terbatas,” kata Umar Syah.

Faktor ini bisa ditingkatkan dengan memberikan edukasi yang baik bagi para petani tentang pertanian termutakhir secara berkala melalui pelatihan yang bertujuan melakukan peningkatan kapasitas petani. Peningkatan kapasitas ini, lanjut Umar, harus mencapai pemberian informasi mengenai industri pertanian dan cara menggunakannya atau ‘know how’nya.  

“Selain itu daya dukungnya seperti mekanisasi masih lambat. Kalaupun ada dukungannya, know hownya atau manajemen masih lemah,” kata dia.

Jika peningkatan kapasitas dan mekanisasi dalam sektor pertanian bisa terlaknsa, ia yakin lambat laun aka nada peningkatan kualitas pada sektor pertanian warga NU yang nantinya bisa berdampak pada peningkatan kualitas hidup Nahdliyin. (Ahmad Rozali)


Terkait